JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menerima tanda mata berupa simbol masyarakat Betawi, yakni golok dan cincin, pada Minggu (16/10/2022) siang.
Kedua benda itu Anies-Riza terima di panggung kedua dalam acara bertajuk "Terima Kasih Jakarta", yang berada di sisi utara trotoar Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Pantauan Kompas.com, Anies-Riza menerima cincin dan golok itu sekitar pukul 12.48 WIB dari perwakilan masyarakat Betawi.
Dalam kesempatan itu, Anies mengucapkan rasa terima kasihnya kepada perwakilan masyarakat Betawi.
Ia menilai, persaudaraan di Jakarta timbul berkat masyarakat Betawi.
"Kita menjadi indonesia lewat persatuan. Di Jakarta lah semua merasakan persaudaraan, merasa sebangsa. Kenapa bisa terjadi? Karena ada masyarakat Betawi yang menyambut dengan tangan terbuka," urai Anies di panggung kedua.
Ia menilai, masyarakat Betawi memperlakukan warga non-Betawi sudah seperti layaknya saudara sendiri.
Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menegaskan, masyarakat Betawi merupakan pengikat simpul Tanah Air.
"Semua diperlakukan seperti saudara sendiri (oleh masyarakat Betawi). Apa yang terjadi kemudian, masyarakat Betawi adalah pengikat simpul kebangsaan Indonesia," tutur Anies.
Sebelumnya, Anies datang ke Balai Kota DKI dengan bersepeda dari kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Ia menyapa peserta car free day (CFD) di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (16/10/2022) pagi.
Ia tiba di Bundaran HI sekitar pukul 07.57 WIB.
"Anies for presiden...," teriak salah satu warga.
Warga juga membentangkan spanduk ucapan terima kasih Anies Baswedan di depan Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Spanduk itu bertuliskan "Terima Kasih Pak Anies" dan "Terima Kasih Anies Baswedan".
Adapun Anies lengser dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada hari ini, Minggu.
Ia menuntaskan jabatannya selama lima tahun, usai dilantik Presiden Joko Widodo pada 16 Oktober 2017.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/16/13194111/anies-riza-terima-golok-dan-cincin-sebagai-tanda-mata-masyarakat-betawi