Salin Artikel

Kala Warga Kampung Bambu Berharap Uang Kerahiman Lebih Manusiawi agar Mau Digusur PT KAI

Zeva memilih bertahan dan tak membongkar hunian semipermanen itu, lantaran uang yang ditawarkan hanya sebesar Rp 2,9 juta.

Mulanya Zeva sempat menyetujui pembongkaran lahan yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Namun, pada akhirnya Zeva ogah menerima sejumlah uang yang ditawarkan lantaran dia anggap tak sesuai.

"Harapan saya inginnya manusiawi lah, pemberian uang kerahiman. Kalau bisa disamakan dengan nominal yang diberikan kepada Kampung Bayam, sekamar Rp 28 juta," sebut Zeva saat ditemui Kompas.com di Kampung Bambu, Senin (17/10/2022).

Zeva mengaku sadar telah menempati lahan milik PT KAI, namun dia memilih bertahan sampai menerima uang ganti rugi yang layak.

"Walaupun setuju dibongkar, saya tetap ingin bertahan masih cari jalan keluarnya," imbuh Zeva.

"Kami bukannya enggak setuju dibongkar, tetapi masalah nominalnya kayaknya enggak manusiawi sekali," lanjutnya lagi.

Tak hanya Zeva, empat warga lainnya turut menolak adanya pembongkaran dengan alasan yang sama.

"Kami sadar diri ini lahan siapa, tetapi kami kan manusia. Masa dikasih nominal segitu untuk biaya transportasi, mau bayar kontrakan pun kurang," kata Zeva.

Sebagai informasi, sejak bedeng-bedeng dekat Jakarta International Stadium (JIS) dibongkar pada Selasa (11/10/2022) lalu, listrik di kampung ini pun mati.

Akhirnya, warga yang masih bertahan pun kesulitan untuk beraktivitas. Bahkan, untuk mencari nafkah juga kesulitan.

Zeva harus menjual barang-barang miliknya, hingga memulung kemasan botol minuman.

"Sebenarnya kami resah juga apalagi penerangan enggak ada kami mau melakukan apa pun enggak bisa, mencari nafkah juga bagaimana kami mau jualan enggak ada yang beli karena warga sudah enggak ada," papar Zeva.

Adapun untuk mandi dan mencuci, dia masih mengandalkan air sumur. Namun, ketika malam menjelang para warga terpaksa beraktivitas dalam suasana gelap dan hanya ditemani temaram lampu jalan.

"Lampu padam aktivitas kami jadi terganggu, pekerjaan terganggu. Bahkan sekolah cucu saya pun terganggu," ucap warga lain bernama Puji Lestari (58).

Puji menggunakan lilin dan obat nyamuk, untuk bertahan hidup selama menunggu kepastian uang kerahiman.

Selain hidup tanpa listrik, warga yang bertahan pun kesulitan mencari tempat tidur. Mereka berdesak-desakan, dan tidur di luar bedeng.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Humas PT KAI Daop 1 Eva Chairunisa menjelaskan penertiban bedeng-bedeng itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, yakni demi keselamatan dan keamanan perjalanan kereta.

Menurut Eva, warga menempati lahan milik PT KAI dari Km 5+200 sampai dengan 5+900 antara Stasiun Ancol-Stasiun Tanjung Priok lintas TPK-AC.

PT KAI meminta bantuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Pemerintah Kota Jakarta Utara untuk membongkar bedeng di sekitar rel.

Satpol PP DKI Jakarta, Dishub DKI, petugas PPSU, dan TNI/Polri ikut dilibatkan dalam penertiban lahan di kawasan JIS tersebut.

"Pada pembersihan area tersebut, koordinasi tetap dilakukan bersama Pemkot Jakut dan (Kementerian) PUPR sesuai kondisi lapangan. Saat ini masyarakat kooperatif, sudah mengosongkan bangunan," ujar Eva, Jumat (14/10/2022).

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/17/15525661/kala-warga-kampung-bambu-berharap-uang-kerahiman-lebih-manusiawi-agar-mau

Terkini Lainnya

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Megapolitan
UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

Megapolitan
Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke