Menurut dia, kenaikan tarif angkot sebesar 20 persen atau Rp 1.000 dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu.
"Buat masyarakat, kami harapkan mohon bisa dimengerti karena situasinya beban biaya operasional angkot ini semakin berat, makanya kami terpaksa menaikkan tarifnya," kata Shafruhan saat dikonfirmasi, Senin.
Shafruhan berujar, kenaikan harga BBM bukan hanya menyebabkan biaya operasional lebih berat, tetapi juga menimbulkan harga perawatan angkot yang juga meningkat.
"Kami juga membahas beberapa aspek, kenaikan harga BBM menimbulkan dampak kenaikan harga sparepart atau onderdil, misalnya rem, busi kan pada naik," ujar dia.
"Mudah-mudahan nanti ke depan semua khususnya angkot baik bus kota maupun bus kecil sudah terintegrasi dengan Transjakarta," ucap Shafruhan.
"Dengan demikian masyarakat Jakarta dapat menggunakan transportasi yang sangat murah," sambung dia.
Sebagai informasi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), dan Organda DKI Jakarta sepakat menaikkan angkot di Ibu Kota sebesar 20 persen.
"Usulan semula Rp 5.000 menjadi Rp 6.000 atau kenaikan 20 persen sudah disetujui," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo.
Dalam implementasinya, kenaikan tarif angkot itu dilakukan oleh asosiasi pengusaha angkot di Jakarta.
"Penetapannya itu oleh asosiasi. Artinya mereka bisa lakukan (penyesuaian tarif)," ujar Syafrin.
Syafrin menegaskan, kenaikan tarif angkot ini hanya berlaku bagi angkot non-JakLingko.
"Untuk tarif angkutan yang masuk ke dalam program, yang terintegrasi dengan layanan Transjakarta, tidak ada kenaikan. Artinya untuk Mikrotrans yang saat ini Rp 0 tetap seperti itu tarifnya," ucap Syafrin.
"Demikian juga dengan Transjakarta Rp 3.500, tidak ada kenaikan tarif untuk layanan," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/24/17035571/tarif-angkot-di-jakarta-naik-rp-1000-organda-karena-biaya-operasional