JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman memprediksi akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia seiring masuknya subvarian Omicron XBB.
Kendati demikian, lonjakan kasus Covid-19 itu tak akan sebesar saat gelombang varian Delta melanda Indonesia pada Juli 2021. Namun, lonjakan kasus kali ini diprediksi akan lebih besar dari saat pertama kali subvarian Omicron masuk ke Indonesia.
"Akan ada lonjakan kasus Covid-19 meskipun tidak akan menyamai seperti gelombang Delta. Tapi kerawanan ini relatif jauh lebih tinggi ketimbang kedatangan Omicron awal," ujar Dicky saat dihubungi, Jumat (4/11/2022).
Dicky mengatakan lonjakan tersebut disebabkan oleh masuknya subvarian Omicron XBB yang memiliki daya infeksi lebih kuat dibandingkan subvarian Omicron sebelumnya.
Hal itu diperparah dengan menurunnya imunitas masyarakat yang telah menerima vaksinasi dosis ketiga atau booster, lantaran jarak vaksinasi sudah ada yang mencapai 6 bulan. Dengan demikian vaksin tak lagi efektif menghalau virus.
Karena itu, Dicky mengingatkan pemerintah pusat dan daerah agar berhati-hati dengan lonjakan kasus Covid-19 saat ini. Protokol kesehatan harus kembali ditegakkan dan vaksinasi booster harus segera dikebut oleh pemerintah.
"Booster kita ini sangat lemah. Harus digenjot. Dan perlu juga disiplin pengaturan kapasitas ruang publik, kombinasi WFH dan WFO, dan disiplin menggunakan masker," lanjut dia.
Adapun berdasarkan data yang diperoleh dari situs web tanggap Covid-19 DKI Jakarta (corona.jakarta.go.id), kasus aktif Covid-19 di Ibu Kota saat ini berada di angka 10.053 pasien.
Perinciannya, sebanyak 9.406 orang menjalani isolasi mandiri dan 647 pasien dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19. Kemudian, sebanyak 15.639 orang dilaporkan meninggal dunia dan 1.425.428 pasien Covid-19 dinyatakan sembuh.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/04/13140511/epidemiolog-akan-ada-lonjakan-kasus-covid-19-tetapi-tidak-sebesar