Salin Artikel

Senja Kala Ratu Plaza, Mal Nomor 2 di Jakarta Itu Kini Terlupakan

JAKARTA, KOMPAS.com - Mal Ratu Plaza merupakan salah satu mal tertua di Jakarta. 

Dibuka tahun 1974, mal ini menjadi pusat perbelanjaan modern kedua yang ada di Jakarta setelah Mal Sarinah.

Namun, seiring tumbuhnya mal-mal baru di ibu kota, Mal Ratu Plaza pun pelan-pelan terlupakan.

Berlokasi di kawasan strategis Jalan Jenderal Sudirman, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, mal yang pernah hits pada era 1990-an hingga 2000-an itu kini semakin sepi.

Pada Rabu (23/11/2022), jumlah kios yang tutup alias gulung tikar di mall itu jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan yang masih beroperasi.

Bahkan, suasana di lantai 3 dan 5 mal tampak kosong melompong. Tak ada satu pun toko yang beroperasi.

Pengunjung mal itu pun sangat sedikit, bahkan bisa dihitung jari. 

Para penjual di sana mengaku masih bertahan lantaran sudah memiliki pelanggan tetap.

Akan tetapi, mereka mengalami kesulitan untuk mencari pelanggan baru karena sepinya pengunjung.

Kosong melompong

Pantauan Kompas.com pada Rabu pukul 10.30 WIB, jumlah pengunjung yang mendatangi mal itu bisa dihitung jari.

Sejumlah tenant masih cukup ramai beroperasi di lantai dasar. Sedikitnya ada sekitar 5 toko elektronik dan 3 restoran yang masih bertahan di lantai dasar.

Beberapa kios lainnya tampak kosong dan ditutupi oleh kertas karton putih dari dalam.

Di lantai dasar, jumlah kios yang tutup hampir seimbang dengan jumlah kios yang masih buka.

Namun, pengunjung yang berlalu lalang jumlahnya sangat sedikit.

Di lantai dua, jumlah kios yang buka semakin sedikit dibandingkan kios yang sudah tutup. Setidaknya ada tiga toko yang masih bertahan di sana.

Kondisi lengang itu semakin terasa saat Kompas.com naik ke lantai tiga. Di sana, tidak terlihat satu pun kios yang masih buka.

Semua toko yang ada di lantai 3 dibalut dengan kertas karton berwarna putih dari dalam kios. Kompas.com pun kemudian melangkah ke lantai berikutnya.

Di lantai 4, kios yang masih buka justru lebih ramai dari kios yang tutup. Setidaknya ada sekitar 20 toko elektronik yang masih bertahan di sana.

Jika dibandingkan dengan lantai di bawahnya, lantai empat masih terlihat hidup dan puluhan pegawai terlihat stand by di depan toko masing-masing.

Suasana itu berbanding terbalik saat Kompas.com menuju ke lantai 5. Terlihat eskalator untuk naik sudah tak terawat.

Bagian sisi kanan dan kiri pegangan tangan eskalator sudah usang dimakan usia.

Selain bolong-bolong, pegangan eskalator itu juga memudar berwarna keputihan.

Di lantai 5, suasana yang sama dengan lantai 3 pun terlihat. Tak satu pun kios yang masih buka, dan tak ada satu pun orang yang terlihat berada di lantai paling atas itu.

Toko bertahan karena sudah punya pelanggan

Seorang karyawan kios ponsel dan aksesori ponsel berinisial E (42) mengatakan, Mal Ratu Plaza mulai sepi sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020.

Dia berujar, semakin lama, makin banyak tenant yang gulung tikar karena tak mampu bayar sewa dan menggaji karyawan.

"Sepi kayak gini sejak pandemi. Sekarang tuh lebih parah lagi, dua bulan belakangan lebih sepi lagi," ujar E, Rabu.

Sementara itu, kios yang dijaga oleh E tetap bertahan lantaran sudah memiliki pelanggan tetap.

"Salah satu alasan bertahan (karena) sudah punya langganan dari Kemendikbud (lokasi kantornya sebelah kanan mal)," kata E.

"Banyak perkantoran juga, orang perkantoran waktu buat moving-nya dikit kan, jadi nyari yang terdekat saja. Sudah tahu juga kali, sudah langganan," lanjut dia.

Hal senada juga disampaikan penjual lainnya, Eko (29). Penjual laptop tersebut bertahan karena sudah memiliki pelanggan tetap.

Akan tetapi, Eko kesulitan mencari konsumen baru lantaran jumlah pengunjung semakin menurun.

"Ngaruh pasti (pengunjung turun), kami kan jualan nyari pelanggan, penginnya nyari pelanggan baru juga," lanjut dia.

Saran ke pengelola

Para penjual berpendapat, seharusnya ada kiat-kiat yang dilakukan pihak pengelola mal untuk menghadapi pasang surutnya Mal Ratu Plaza.

Menurut Eko, yang dapat dilakukan pengelola di antaranya yaitu berupa perbaikan fasilitas dan peningkatan promosi.

"Kalau harapan saya fasilitasnya seperti eskalator diperbaiki lagi, lampu dihidupin lagi, tulisan Ratu Plaza-nya diadain lagi, " kata Eko.

Kemudian, kata Eko, pengelola mal harusnya bisa memanfaatkan media sosial untuk menggencarkan promosi guna membangkitkan lagi gairah jual beli yang semakin lesu.

"Promo atau acara event apa digencarin zaman media sosial harusnya dimanfaatkan. Soalnya banyak toko tutup," lanjut Eko.

Jika bazar diskon kembali digelar secara besar-besaran dan pelaksanaannya dipromosikan secara gencar di media sosial, Eko yakin itu dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke Mal Ratu Plaza.

Sementara itu, E berharap pihak pengelola Mal Ratu Plaza dapat melakukan perbaikan ataupun penambahan fasilitas agar Mal kembali ramai.

"Menurut saya mungkin ditambahin bioskop sama tempat bermain anak. Jadi pas bapaknya lagi beli laptop atau instal apa, anak sama mamanya betah," lanjutnya.

Fasilitas penunjang itu, kata E, sangat penting untuk menambah daya tarik pengunjung.

Seperti halnya Lottemart yang dulu menjadi tujuan utama pengunjung ke Mal Ratu Plaza.

Saat Lottemart masih ada, setiap jam pulang kerja dan weekend Mal tersebut selalu ramai dengan pembeli yang berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Namun setelah Lottemart tutup pada awal 2021 lalu, pengunjung yang datang ke Mal Ratu Plaza tidak sampai 50 orang dalam sehari saat hari kerja.

Jumlah pengunjung akan mencapai atau bahkan melebihi 50 orang hanya di saat weekend.

Kiat penjual untuk tetap bertahan

Saat aturan work from home (WFH) berlaku, toko tempat Eko bekerja kebanjiran pembeli yang membutuhkan laptop untuk bekerja dari rumah.

Namun setelah itu, omzet penjualan laptop di tokonya pun kembali menurun hingga 50 persen.

Meski banyak yang ingin ia sampaikan ke pihak pengelola mal, Eko mengaku tidak ingin menggantungkan terlalu tinggi harapan yang tidak pasti kepada mereka.

Karena itu, Eko akhirnya berusaha untuk lebih memperbaiki kualitas pelayanan toko laptopnya saja.

Bahkan Eko juga mencoba peruntungan baru dengan merambah ke platform digital atau marketplace.

Eko menyiasati penurunan omzet penjualan di toko tempatnya bekerja dengan cara berjualan secara online.

Namun, menurut dia, berjualan di marketplace tidak mudah lantaran bersaing dengan banyak toko online.

"Pertama, jualan online. Sudah (berjalan) dua bulan. Itu pun yang beli baru aksesori, belum laptop. Soalnya di online persaingan harga lebih parah," kata Eko.

Selain itu, Eko menilai pelayanan penjualan offline atau tatap muka jauh lebih mudah dibandingkan pelayanan secara online.

Sebab, barang yang dibeli langsung bisa dicek sebelum pelanggan melakukan pembayaran.

Sedangkan jika secara online, pembeli harus siap menerima segala risiko yang timbul setelah barang belanjaan dikirimkan ke rumah.

"Risiko kalau belanja online ya pusingnya itu beli laptop butuh buat desain, tapi ternyata buat office. Kalau beli offline kan bisa konsultasi dulu, soalnya beberapa costumer kadang begitu," ujar Eko.

Cara lainnya yang biasa Eko lakukan saat tokonya sepi pengunjung, yakni membangun komunikasi kembali dengan pelanggan lama.

"Edukasi costumer (lama) ini beli online dan offline lebih murah online. Tapi enggak tahu specs (spesifikasi) sesuai kebutuhan, ditambah lagi offline ini enaknya kami bisa garansi 7 hari ganti dengan yang baru, ada suatu promo tambahan, dijelasin," lanjut dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/24/09564701/senja-kala-ratu-plaza-mal-nomor-2-di-jakarta-itu-kini-terlupakan

Terkini Lainnya

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Megapolitan
Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke