Sopir bus PO Haryanto, Jajang (27), adalah salah satu yang jarang merayakan Idul Fitri di kampung halamannya di Garut, Jawa Barat.
Bagi Jajang, berkumpul bersama keluarga merupakan suatu kemewahan. Sebab, pekerjaan sebagai sopir bus menuntutnya untuk bertanggung jawab mengantarkan para penumpang dari Jakarta menuju tempat tujuannya masing-masing.
"Saya pernah Lebaran di jalan tol. Waktu itu baru nyampe Pemalang, macetnya tiga hari tiga malam," ungkap Jajang saat ditemui Kompas.com di Terminal Tanjung Priok, Senin (12/12/2022).
Jajang sesekali menatap area jendela bus, dari tempatnya duduk di salah satu kursi penumpang. Ia mengingat-ingat kembali tahun yang membuatnya merayakan Idul Fitri di jalan.
Jajang kemudian ingat, 2017 merupakan tahun di mana dia membawa penumpang dari Cirebon menuju Tegal saat masih menjadi sopir bus PO Sahabat.
"Dari Cirebon-Tegal itu tiga hari tiga malam, tapi ya jalanin aja, namanya cari duit," kata dia.
Bagi pria yang sudah menjadi sopir bus AKAP selama enam tahun ini, jalanan menjadi tempat untuk mencari nafkah. Jajang juga mengaku bahwa sopir dipilihnya sebagai pekerjaan pertama.
"Saya jarang Lebaran bareng keluarga, sudah berapa tahun jarang shalat Idul Fitri di kampung, di jalan terus setiap tahun," ucap Jajang.
Meski merasa sedih tak bisa pulang kampung layaknya orang lain, Jajang tetap bersyukur menjalani pekerjaannya.
Kompas.com kemudian bertemu sopir bus lain bernama Rohman (33) yang memiliki nasib serupa. Sopir bus PO Murni Jaya itu pun tak merayakan Idul Fitri di rumahnya, Magelang, Jawa Tengah.
"Waktu kemarin, tahun 2021, saya Lebaran di jalan," ucap Rohman.
Rohman sendiri mengakali untuk pulang ke rumah saat mengantar penumpang menuju Yogyakarta. Saat sudah sampai di terminal, ia langsung pulang agar bisa bertemu keluarga meski hanya sebentar.
Jika sampai Yogyakarta pagi hari, maka Rohman akan kembali menyopir sore harinya menuju Jakarta.
"Kalau saya sudah terbiasa ya kayak gitu, kan saya juga masih bisa pulang misalnya pagi saya sampai rumah, nanti sore berangkat lagi bawa bis. Tapi di hari H Lebaran kemarin, hari kedua baru pulang. Hari pertamanya saya di Jakarta," tutur Rohman sembari tertawa ringan.
Meski hidup di Ibu Kota tanpa sanak saudara, Rohman tetap semangat mencari pundi-pundi rupiah. Rohman berpandangan, menafkahi keluarganya merupakan salah satu kekuatannya untuk terus bekerja sebagai sopir bus.
"Walaupun enggak ada keluarga di sini, sama. Biasa aja enggak sedih, kan kita kerja," kata Rohman.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/12/19351621/kisah-para-sopir-bus-akap-lebih-sering-lebaran-di-jalan-bukan-bersama