Salin Artikel

"Kepengin Nangis Harga Tiket Pesawat Mahal, Mikir-mikir buat Pulang..."

JAKARTA, KOMPAS.com- Sebagian perantau menanti libur panjang periode Natal dan tahun baru untuk mengambil cuti dan pulang kampung atau berlibur.

Namun sebagian perantau lainnya di Ibu Kota Jakarta justru menahan diri untuk tidak pulang kampung atau bepergian jauh karena harga tiket yang mahal.

Hal ini seperti yang dirasakan dan dilakukan oleh Dona Windasari (25) asal Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Perempuan yang telah merantau di Jakarta selama lebih kurang empat tahun itu merasa harga tiket pesawat yang terlalu tinggi saat ini harus membuatnya menahan diri untuk bisa pulang kampung saat libur Natal dan tahun baru seperti ini.

"Iya rasanya tuh pengin nangis dan mikir-mikir kalau mau pulang (kampung halaman)," ujar Dona kepada Kompas.com, Selasa (20/12/2022).

Meskipun ia sangat ingin berkumpul dan menghabiskan pergantian tahun bersama keluarga, tindakan menunda pulang saat libur Natal dan tahun baru itu dilakukan oleh Dona untuk bisa menyimpan ongkos pulang ketika libur lebaran.

Pasalnya, kata Dona, harga tiket pesawat saat ini jauh berbeda dari harga sekitar 2-3 tahun ke belakang.

Dahulu, ia hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp 300.000 sampai Rp 400.000-an saja untuk bisa membeli tiket pesawat rute Jakarta-Palembang, untuk penerbangan kelas ekonomi.

Sedangkan, saat ini harga tiket pesawat di rute yang sama pada periode libur Natal dan tahun baru berkisar Rp 600.000 sampai Rp 1.000.000 bahkan lebih untuk kelas ekonomi.

"Enggak paham lagi, harga tiket (pesawat) nauzubillah (mahal sekali), sekarang harga (tiket pesawat) sudah kelewatan. Pernah paling murah Rp 800.000 (kelas ekonomi) bahkan cuma Jakarta - Palembang," ujarnya.

Meskipun bagi sebagian orang kenaikan harga tersebut tidak begitu besar, menurut Dona, ia memilih menyimpan uangnya untuk digunakan nanti saat libur Lebaran tiba.

Kata Dona, perjalanan lewat jalur darat memang jauh lebih murah yakni berkisar Rp 250.000 sampai Rp 350.000 sekali perjalanan.

Namun, jarak tempuh perjalanannya akan membutuhkan waktu sehari-semalam. Hal itu membuat perjalanan darat belum menjadi pilihan. 

Tidak hanya Dona, Pratama (29) yang bekerja di Jakarta sekitar empat tahun juga merasakan hal yang sama.

Pria asal Pariaman, Sumatera Barat, itu mengaku juga mengurungkan niatnya untuk pulang kampung bersama istri dan anaknya pada periode libur Natal dan tahun baru ini.

Meskipun demikian, ia dan keluarga kecilnya itu menginginkan untuk pulang karena sudah dua tahun selama pandemi Covid-19 hanya bertahan untuk liburan dalam kota saja.

"Di tahun-tahun saat pandemi, saat Natal dan tahun baru enggak ke luar daerah, enggak pulang, cuma liburan dalam kota," kata Pratama, Senin (19/12/2022).

Menurut Pratama, banyak sekali alasan yang membuat ia dan istri memilih bertahan di Ibu Kota saja saat libur Natal dan tahun baru.

"Enggak mudik atau enggak keluar daerah (saat Natal dan tahun baru ini) karena peak season kan lalu lintas padat, harga tiket naik, di tempat-tempat liburan pasti ramai," ujarnya.

Hal itu dilakukan oleh Pratama untuk menjaga kesehatan anaknya yang masih berusia 2 tahun dari risiko terinfeksi Covid-19 dan menghemat uang untuk libur panjang lebaran nantinya.

"Enak ngambil yang weekday atau hari-hari biasa (untuk pulang), kecuali peak season yang idul fitri, dalam rencana pasti balik (kampung)," tutur dia.

Situasi yang dialami oleh Dona dan Pratama itu sesuai dengan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan.

Hasil survei terhadap 30.606 responden menunjukkan, sebanyak 38,4 persen responden memilih tidak melakukan perjalanan saat Natal dan tahun baru karena tidak ada biaya.

Kepala Badan Kebijakan Transportasi (Bakertrans) Kemenhub I Gede Pasek Suardika menjelaskan, faktor terbanyak yang mendasari sejumlah masyarakat ingin melakukan mudik Natal dan tahun baru ialah ekonomi yang mendukung, kondisi pandemi Covid-19 yang mereda, serta adanya cuti bersama.

BKT juga menyebutkan, secara umumnya di Tanah Air, potensi pergerakan pada Natal dan tahun baru tahun ini yaitu 16,35 persen dari jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 44,17 juta orang.

Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang diprediksi sebanyak 19,9 juta orang.

Adapun yang tidak bepergian diprediksi sekitar 83,65 persen.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/21/09064081/kepengin-nangis-harga-tiket-pesawat-mahal-mikir-mikir-buat-pulang

Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke