Salin Artikel

Gunungan Sampah Berbau Menyengat di Pasar Kemiri Muka yang Mengganggu, Pedagang sampai Tak Jualan...

Sebab, aktivitas jual-beli terganggu akibat bau menyengat dari sampah-sampah yang menumpuk sejak 10 hari terakhir.

Pantauan Kompas.com pada Senin (21/12/2022) sekitar pukul 09.21 WIB, tumpukan sampah di TPS pasar tersebut setinggi kurang lebih 5 meter.

Sampah-sampah itu didominasi sampah sayuran, buah-buahan, keranjang, karung, hingga sampah rumah tangga.

Aroma tak sedap dari gunungan sampah itu bahkan dapat tercium sampai radius kurang lebih 50 meter. Bau menyengat tersebut tetap tercium meskipun pengunjung dan pedagang memakai masker.

Hujan yang mengguyur juga memperparah kondisi di sekitar gunungan sampah itu. Air hujan yang mengalir dari tumpukan sampah berubah menjadi berwarna putih kehijauan.

Kondisi itu berimbas pada aktivitas pengunjung di pasar maupun pedagang yang berhadapan langsung dengan TPS. Para pedagang memutuskan untuk tak berjualan.

Pedagang terganggu bau menyengat

Salah satu pedagang bernama Sugeng (63) mengaku terpaksa tak berjualan nasi goreng dan soto selama empat hari terakhir.

Dia mengeluhkan bau menyengat dari sampah yang mengganggu aktivitas jualannya.

"Enggak jualan sudah empat hari, karena kan ini (sampah) biasanya enggak sampai kemari," ujar Sugeng kepada Kompas.com, Senin.

"Kemudian, pembuangan air di dekat tempat sampah jadi mengalir ke area jalan karena sudah tertutup sampah. Jadi, kami kena imbasnya, karena air itu bau banget," sambung dia.

Dengan kondisi bau menyengat dan tumpukan sampah itu, Sugeng mengaku tak mau memaksakan diri untuk berjualan karena khawatir pembeli tak nyaman makan di tempatnya.

Sementara itu, pedagang bernama Rohmaji masih tetap berjualan meski kondisi di sekitar kiosnya terdampak bau menyengat dari TPS.

Namun, Rohmaji mengaku, kondisi itu mengganggu aktivitas jual beli di kiosnya lantaran para pembeli enggan mengunjungi kiosnya.

"Terganggu mah pasti terganggulah, pembeli akhirnya juga berkurang karena enggak mau mampir ke sini," kata Rohmaji.

Sampah menggunung sudah 10 hari

Para pedagang menyebutkan, sampah-sampah di TPS Pasar Kemiri Muka telah menumpuk dalam 10 hari terakhir.

Sampah-sampah itu menumpuk bukan karena tak diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok. Namun, dalam sehari, hanya satu mobil yang mengangkut sampah tersebut.

"Setiap hari diangkut tapi hanya semobil. Kan biasanya kalau sehari bisa sampai 3-4 mobil yang akut sampah di sini," ujar Sugeng.

Sementara itu, Rohmaji berujar, sampah-sampah yang menumpuk tersebut didominasi sampah dari para pedagang di pasar.

Namun, sampah-sampah di sana biasanya tak sampai menumpuk menjadi gunungan tinggi.

Rohmaji menambahkan, tumpukan sampah itu bahkan sempat menghalangi aktivitas di kiosnya empat hari yang lalu.

"Enggak biasanya (menumpuk). Biasanya sampah selalu bersih diangkut, tapi ini kok ya banyak banget sampai ke jalanan. Bahkan, empat hari yang lalu sampah sampai sini (depan kios)," ujar Rohmaji.

Sependapat dengan Rohmaji, Sugeng mengakui bahwa sampah di TPS Pasar Kemiri Muka sudah biasa menumpuk.

Hanya saja, penumpukan sampah kali ini tergolong paling parah dan lama lantaran hanya satu mobil yang mengangkut sampah dalam sehari.

"Separah-parahnya kurang lebih sudah ada 10 harian, memang sampah numpuk sih numpuk, tapi enggak sampai ke sini (dekat kiosnya), paling hanya sebatas dekat warung kopi," ujar Sugeng.

Ada indikasi sampah dari luar pasar

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok menyebutkan, tumpukan sampah yang menggunung di Pasar Kemiri Muka juga berasal dari luar pasar.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kebersihan dan Kemitraan DLHK Kota Depok Iskandar Zulkarnaen merespons masalah penumpukan sampah di TPS Pasar Kemiri Muka sejak 10 hari terakhir.

"Ada indikasi sampah dari luar pasar yang lebih banyak masuk karena kami tidak mengawasi 24 jam," kata Iskandar.

DLHK berupaya mencari tahu dari mana saja sumber sampah di Pasar Kemiri Muka. Salah satu caranya dengan mendata sampah yang masuk.

DLHK pun mulai mengangkut sampah-sampah yang menumpuk tersebut. Biasanya, DLHK cukup menggunakan dua truk untuk mengangkut sampah di TPS Pasar Kemiri Muka.

Namun, Iskandar menyatakan bahwa DLHK akan menambah jumlah armada untuk menangani persoalan gunungan sampah di TPS Pasar Kemiri Muka. 

"Hari ini saja diangkut dengan empat armada tronton yang normalnya cukup dua tronton, dilanjut besok akan ada opsi dengan libatkan 12 truk sampah bantuan dari wilayah lain," ujar Iskandar.

Iskandar mengeklaim, pengangkutan sampah di Pasar Kemiri Muka dilakukan sejak pagi dan dilanjutkan siang hari.

"Mohon waktunya kami untuk menangani," ujar Iskandar.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/27/09522451/gunungan-sampah-berbau-menyengat-di-pasar-kemiri-muka-yang-mengganggu

Terkini Lainnya

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke