JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia selama hampir dua tahun juga berdampak pada pekerja jasa kuli angkut (porter) di Stasiun Pasar Senen.
Danuji (52) porter di Stasiun Pasar Senen, bantir setir sementara menjadi pelaut selama menganggur karena tidak ada penumpang kereta api.
Daripada tidak ada penghasilan, Danuji harus putar otak agar tetap bisa memberi nafkah untuk anak dan istrinya di Brebes, Jawa Tengah.
"Waktu masa pandemi itu, aduh, saya menganggur selama sebulan, akhirnya saya ikut berlayar di laut 5 hari 5 malam," ujar Danuji saat wawancara dengan Kompas.com, di Stasiun Pasar Senen, Senin (13/3/2023).
Rupanya, dampak itu bukan hanya dirasakan Danuji, namun juga semua porter yang pada akhirnya memilih bekerja di tempat lain dahulu.
"Semua (porter) di Stasiun itu berhenti. Semua (berhenti) mereka kerja lain-lain, ada yang di kampung, macam-macam lah, di sini enggak ada kereta, nganggur terus," ujarnya.
Danuji menuturkan, selama pandemi itu, ada saja sumbangan yang diberikan orang-orang untuk para porter.
Pasalnya, selama dua tahun pandemi, para porter tidak memiliki penghasilan. Padahal, hidup masih harus terus berjalan.
Setelah melewati duka itu, Danuji bersyukur kini pendapatannya mulai ada lagi walaupun tidak tinggi.
"Ya sekitar dua tahun. Enggak kerja, tapi Lebaran kemarin (2022) mulai meningkat lagi. Kereta sudah mulai ada, kami kerja walaupun kereta dikurangi," ujar Danuji.
"Alhamdulillah (naik) pandemi sudah enggak ada kayaknya sih, he-he, cuma itu persyaratannya harus sudah booster," tambahnya.
Harapan ke depannya, Danuji ingin tetap seperti ini, ia bahkan berdoa agar penumpang semakin banyak menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2023.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/13/21280211/nasib-porter-stasiun-pasar-senen-kala-pandemi-banting-setir-jadi-pelaut