"Pendapatan harian sejauh ini bisa mencapai Rp 400.000-Rp 500.000. Alhamdulillah belum pernah di bawah Rp 400.000," kata Samuel di lokasi, Rabu (29/3/2023).
Samuel dan pasangannya berjualan takjil di Jalan Cipinang Muara setiap hari sejak hari pertama puasa pada Kamis (23/3/2023).
Biasanya, semua makanan yang hendak dijual sudah disiapkan sejak pukul 04.00 WIB.
Kemudian, mereka mulai siap-siap menggelar lapak pukul 14.30 WIB dan mulai berjualan pukul 15.30 WIB.
"Biasanya jualan sampai jam buka puasa, tapi kasih waktu buka sampai jam 19.00 WIB, baru tutup lapak," kata Samuel.
Setiap takjil buka puasa dijual dengan harga Rp 2.000, kecuali risol mayo seharga Rp 2.500 dan kolak Rp 7.000.
Samuel melanjutkan, ia memilih untuk berjualan di Jalan Cipinang Muara tidak hanya karena selalu ramai saat ngabuburit, tetapi lokasinya juga dekat dengan rumah mereka.
Baru pertama kali berdagang
Samuel mengaku baru pertama kali berdagang makanan untuk buka puasa. Sebab, ia bekerja di bidang jual beli besi. Sebelumnya, ia adalah seorang konsultan hukum di hotel.
Akibat pandemi Covid-19, penginapan tempatnya mencari nafkah terpaksa ditutup.
"Saya baru tahun ini (jualan takjil). Sejauh ini saya kaget karena belum pernah (berjualan)," ungkap Samuel.
"Kaget karena terbiasa kerja di hotel, di kantoran, sekarang kerja di lapangan ketemu masyarakat langsung," imbuh dia.
Ada beberapa tantangan yang ia hadapi sebagai pedagang takjil baru, salah satunya pilihan kata untuk mengobrol dengan pembeli.
Saat masih berprofesi sebagai konsultan hukum, Samuel lebih sering berbicara dengan birokrat. Pada saat itu, penggunaan kata-kata baku sudah menjadi makanan sehari-hari.
"Sekarang lebih sering ketemu dan mengobrol sama masyarakat biasa, kerasa beda aja gaya mengobrolnya. Sama orang birokrasi baku banget," tutur dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/29/23111431/pedagang-takjil-di-jalan-cipinang-muara-jaktim-raup-rp-500000-per-hari