Pasalnya, berdasarkan data yang diterimanya, ketinggian hilal hari ini, Kamis (20/4/2023), masih 1,5 derajat.
Ketinggian tersebut belum memenuhi ketentuan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (Mabims) di mana ketinggiannya harus 3 derajat untuk menentukan awal Syawal.
"Perlu dicatat juga kondisi sore ini, data hilal yang kami punya ada di kisaran 1,5 derajat," ujar Abdul saat ditemui di Masjid KH Hasyim Asy'ari, Jakarta Barat.
"Sedangkan ketentuan Mabims imkanur rukyat atau sesuatu yang bisa dirukyat itu ada di ketinggian 3 derajat," imbuh dia.
Adapun pemantauan hilal dilakukan mulai pukul 17.51 WIB sampai 17.59 WIB. Apabila pada waktu tersebut hilal belum terlihat, maka puasa akan digenapkan menjadi 30 hari.
"Tapi kalau sore ini hilal tidak terlihat, kata Rasul, 'Fa-akmil iddata sya'baana tsalatsina'. Sempurnakan jumlah bilangan hari puasamu menjadi 30 hari," kata Abdul.
Sebaliknya, jika hilal terlihat, maka Idul Fitri akan jatuh pada Jumat (21/4/2023). Abdul menegaskan, pihaknya akan berupaya memantau hilal hingga batas akhir pencarian nanti.
Pihaknya pun bakal melaporkan hasil pemantauan hilal langsung kepada Kementerian Agama (Kemenag).
"Dari data hisab yang kami miliki, kemungkinan besar tidak terlihat. Namun, sebagai hamba Allah kami tetap berikhtiar, ta'abuddi semata-mata melaksanakan perintah Rasul," ujar Abdul.
Petugas Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta menggunakan tiga jenis alat untuk memantau hilal di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari.
Tiga alat itu terdiri dari dua teleskop robotik, teleskop semi manual teodolite, dan alat manual bernama rubbu. Abdul mengatakan, alat-alat ini dipakai agar pemantauan hilal bisa dilakukan dengan maksimal.
"Berbagai alternatif kami lakukan dari teleskop, dari teodolite, dari manual, semuanya perangkat itu memungkinkan untuk terlihatnya hilal," ungkap Abdul.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/20/17591571/lembaga-falakiah-pwnu-dki-sebut-kemungkinan-besar-lebaran-jatuh-pada