Data tersebut dihitung sejak Ragunan membuka fasilitas wisata pada hari kedua Lebaran atau Minggu (23/4/2023) hingga hari keenam Lebaran atau Kamis (27/4/2023).
"Jadi 37 anak itu bukan hilang, ya. Namun terpisah dari orangtuanya saat menikmati wisata di Ragunan," ujar Kepala Humas Taman Margasatwa Ragunan, Bambang Wahyudi, kepada Kompas.com, Kamis.
Berdasarkan analisa sederhana yang dibuat pengelola Ragunan, kasus anak yang terpisah dari rombongannya acap kali terjadi pada siang menuju sore hari.
Ketika rombongan sedang asyik makan-makan atau sudah berkeliling, biasanya akan timbul kelalaian dalam urusan memantau anak.
Alhasil anak mencoba menjelajah atau mencari tahu sendiri perihal apa-apa saja yang ada di Ragunan.
Faktor cuaca, lanjut Bambang, disinyalir turut menjadi faktor utama terpisahnya anak dari orang tua.
Kurangnya pengawasan lantaran sibuk menyelamatkan diri masing-masing diduga menjadi salah satu pemicu.
"Ketika hujan kan orang-orang pada panik. Jadi sebagian orang tua lupa dengan keberadaan anaknya karena sibuk mencari tempat berteduh," tutur dia.
Di lain sisi, berdasarkan catatan yang diterima Kompas.com, kasus anak yang terpisah dari orang tuanya mulai masif sekitar pukul 14.00 WIB.
"Pokoknya setelah siang hari itu menjadi jam yang rawan dan sering kejadian bahwa anak terpisah dari orang tua," imbuh dia.
Berkaca dari hal tersebut, guna memperkecil kasus hilangnya anak dari pengawasan orang tua, Bambang mengungkap bahwa pihaknya selalu mengingatkan kepada setiap pengunjung soal hal itu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/27/20552691/37-anak-hilang-dari-pantauan-orangtua-di-ragunan-selama-musim-libur