Salin Artikel

Menelusuri Kampung Mati Bekas Pengungsi Perang Vietnam di Jakarta Timur

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk pikuk dan kepadatan penduduk ibu kota, siapa sangka ada sebuah kampung yang sepi penghuni.

Kampung 'mati' di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, merupakan tempat pengungsian warga Vietnam pada zaman Perang Vietnam sekitar 40 tahun yang lalu.

Kampung yang terletak di Jalan Diklat Depsos, Kecamatan Dukuh ini, berisi bangunan tua yang tak berpenghuni.

Kompas.com menelusuri kampung pada sore hari, Selasa (9/5/2023). 

Memasuki kawasan ini, terdapat sebuah gapura besar yang sudah tua masih berdiri kokoh, seakan-akan menyambut tamu yang datang.

Di bawah gapura tersebut, terdapat aliran sungai yang mengalir deras ke arah kiri kampung.

Setelah itu, langsung terlihat bangunan tua yang sudah mulai keropos di bagian atap dan temboknya.

Jalanan setapak di kampung ini pun tergenang air sungai yang meluap. Suasananya sangat sepi seperti sebuah kampung mati.

Namun, saat berjalan lebih dalam, masih terlihat beberapa rumah yang berpenghuni.

Dari rumah tersebut keluar seorang wanita paruh baya berjalan ke bagian dalam kampung. Tak lama kemudian, wanita itu kembali ke rumahnya.

Kompas.com coba menghampiri dan bertanya kepada wanita tersebut soal Kampung Vietnam ini.

Namun, wanita itu tidak mengetahui pasti sejarah kampung mati ini.

Ia pun menunjukkan arah rumah seseorang yang terkenal mengetahui lebih dalam soal kampung ini.

Kompas.com berjalan mengarah ke bagian dalam kampung ini.

Semakin masuk ke dalam, semakin terlihat kontur kampung tua ini yang terletak di dataran paling rendah dekat dengan sungai.

Di sebelah kiri, terlihat bangunan tua yang sudah setengah hancur. Hanya tersisa tembok sebuah tembok tanpa atap.

Sebelah kanan jalan, terdapat bangunan Mushola yang tua dengan rumput tinggi di bagian halamannya.

Bangunan Mushola tersebut juga seperti tidak pernah digunakan lagi untuk beribadah warga di sekitar kawasan ini.

Saat berjalan lebih jauh, suasana di kampung ini sangat mencekam.

Cuaca di sekitar juga terasa lembap dan tidak ada suara warga. Sangat sepi dan tenang.

Akhirnya, Kompas.com menemukan salah satu rumah berpenghuni yang ada di kampung ini.

Penghuni rumah itu bernama Bejo (53). Ia nampak tinggal bersama dengan istri dan anak-anaknya. Bejo pun terlihat senyum saat ditemui.

Ia pun membenarkan kampung ini dulunya dihuni oleh warga Vietnam saat mengungsi ke Indonesia.

Menurut dia, kampung ini bernama Kampung Dukuh. Namun, pegiat media sosial sering menyebut kampung ini dengan sebutan "Kampung Vietnam".

"Sebenarnya sih nama aslinya Kampung Dukuh, biasa pegiat media sosial atau "Youtubers" menamai agar terkenal, disebutlah Kampung Vietnam," ucap Bejo.

"Tapi ada benarnya juga sih, karena dulu di sini kan tempat penampungan pengungsi Vietnam," ucap dia.

Bejo mengatakan, pengungsi Vietnam datang sekitar tahun 1977. Saat itu konflik antara Vietnam dengan Amerika sedang panas.

Akhirnya, pemerintah Indonesia menerima masyarakat Vietnam untuk mengungsi sementara di kampung ini.

"Mereka (orang Vietnam), datang sekitar tahun 1977 atau 1978 kalau enggak salah," kata Bejo.

"Dulu waktu konflik ya negara Vietnam dengan Amerika, banyak lah pengungsi di sini. Sama pemerintah di tempatkan bagian depan sana (dekat gapura)," ujar dia.

Menurut dia, saat itu ada sekitar ratusan warga Vietnam yang mengungsi di kampung ini.

Mereka saat itu diketahui tinggal dalam satu bangunan seperti kondisi pengungsian umumnya.

"Banyak juga sih, dulu dibuat satu bangunan gitu aja. Kayak penampungan pengungsi," kata Bejo.

"Mereka tinggal bersama di bangunan itu," tambah dia.

Bejo mengatakan, pengungsi Vietnam hanya tinggal selama dua tahun di kampung ini.

Setelah perang usai, para pengungsi Vietnam meminta dikirim pulang ke negaranya, bahkan ada yang meminta suaka ke Australia.

"Ya kalau itu pemerintah yang urus, ada yang pulang karena di sana udah aman mungkin, ada yang pulang, ada yang minta suaka ke Australia, ada yang ke Pulau Bintan. Jadi mereka sementara saja di sini," ucap dia.

Usai pengungsi Vietnam tersebut pergi, pemerintah menjadikan kampung ini sebagai kawasan Panti Jompo, yang berdiri atas naungan Dinas Sosial pada saat itu.

"Akhirnya setelah mereka pergi, dapat izin ke mana mereka suka, baru sama pemerintah dibangun Panti Jompo oleh Dinas Sosial," terang dia.

"Itu sekitar tahun 1980-an sudah mulai dibangun untuk panti jompo ini," ujar Bejo.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/13/21000041/menelusuri-kampung-mati-bekas-pengungsi-perang-vietnam-di-jakarta-timur

Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke