Heri sering melatih sepak bola kepada anak-anak di kawasan tempat tinggalnya, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Menurut Lasmiati, Heri sampai bekerja keras demi mentraktir murid-muridnya ketika bertanding di Bogor atau Bekasi.
Demi mendapat uang, Heri mengantar penumpang dari Cawang UKI ke Bekasi pada malam hari, ketika angkutan umum sudah berhenti beroperasi.
Keluarga Lasmiati saat itu memiliki Mobil Kijang Grand. Dengan kapasitas yang muat banyak penumpang, mobil itu dimanfaatkan Heri untuk mengantar orang-orang yang hendak pulang ke Bekasi pada malam hari.
"Di dekat UKI itu kan banyak orang yang mau pulang saat malam hari, tapi enggak ada angkutan umum, jadi dia bawa penumpang dari situ sampai Bekasi," ucap Lasmiati saat ditemui Kompas.com, Rabu (17/5/2023).
Uang hasil pendapatan mengantar penumpang itu kemudian digunakan untuk mentraktir anak-anak klub sepak bola yang ia latih.
"Uangnya itu suka traktir teman-temannya di daerah rumah saya, Cempaka Putih Timur, itu ada klub bola anak-anak, dilatih sama dia, ditraktir, diajak bertanding ke Bekasi, Bogor, dia yang koordinasi, sampai dibela-belain bawa penumpang itu," tutur Lasmiati.
Selain sepak bola, Heri juga sangat menyukai balap mobil. Menurut Lasmiati, Heri suka melakukan balap mobil di kawasan Kemayoran bersama teman-teman kuliahnya.
Namun, Heri tak pernah pamit kepada Lasmiati setiap kali hendak balapan.
"Dia juga suka main balap mobil di Kemayoran sama teman-teman kuliahnya di jurusan teknik mesin, tapi saya enggak tahu waktu itu," ucap Lasmiati sambil menangis.
"Ternyata setelah dia tiada, temannya baru cerita kalau dia suka balap mobil," imbuh dia.
Lasmiati menduga, uang yang didapat Heri dari Balap mobil itu juga dipakai untuk kegiatan anak-anak didiknya di klub sepak bola.
Selain itu, Heri juga suka menjaga gerai makanan di acara Jakarta Fair pada masa itu.
"Dulu saat Jakarta Fair zaman itu, suka ada yang nunggu stan ya, dia suka ikut juga untuk menjaga stan-stan itu," ujar Lasmiati.
Heri Hartanto adalah satu dari empat mahasiswa Trisakti yang tewas dalam Tragedi Trisakti 12 Mei 1998.
Tiga mahasiswa lain yang menjadi korban, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie.
Mereka tewas tertembak di dalam kampus saat mengikuti demonstrasi yang menuntut turunnya Soeharto dari jabatan presiden.
Kekejaman aparat dalam meredakan demonstrasi para aktivis waktu itu mendapat sorotan. Kejadian tersebut membuat perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar.
Puncaknya, pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya, serta menandai akhir dari rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.
Pada 2001, Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP HAM) yang dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyimpulkan, dari bukti-bukti permulaan yang cukup, telah terjadi pelanggaran berat HAM dalam peristiwa Trisakti dan beberapa peristiwa lainnya.
Hasil penyelidikan Komnas HAM juga disampaikan kepada Kejaksaan Agung supaya segera diselidiki pada April 2002. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada titik terang.
Pengadilan Militer untuk kasus Trisakti yang digelar pada 1998 menjatuhkan putusan kepada enam orang perwira pertama Polri. Akan tetapi, para komandan sampai saat ini tetap tidak bisa dimintai pertanggungjawaban.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/19/10494191/sepenggal-kisah-tentang-heri-korban-tragedi-trisakti-suka-balap-mobil-dan