JAKARTA, KOMPAS.com - Kali Irigasi di Jalan Tambun Rengas, RT 001/RW 08, Kelurahan Ujung Menteng, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, tengah menjadi sorotan.
Sebanyak 26 bangunan di bantaran Kali Irigasi mengarahkan pipa pembuangan kloset langsung ke kali, bukan ke lubang septic tank sebagaimana mestinya.
Imbasnya, Kali Irigasi menjadi penuh limbah tinja dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Komplain pun terus berdatangan.
"Selain baunya yang mengganggu lingkungan, kondisi kali (yang juga penuh sampah) seakan-akan tidak pernah dirawat," jelas Lurah Ujung Menteng Agus Sulaeman di Kantor Kelurahan Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (6/6/2023).
Agus mengungkapkan, warga setempat acap kali komplain mengenai kondisi ini.
Biasanya, aduan disampaikan ketika kegiatan Jumantik sedang berlangsung setiap Jumat.
"Saat sedang Jumantik, selalu ada aduan dari masyarakat, 'Tolong dong, kali itu kotor dan bau' kata mereka," ujar Agus.
Saat turun ke lapangan, Agus melihat tinja yang mengambang di permukaan air.
Kala itu, ia sedang meninjau kondisi Kali Irigasi usai menerima laporan dari warga.
"Kami cek, dan (minta warga) coba siram (air ke kloset), dan benar keluar (ke kali). Jadi, kalau lagi ada yang buang air besar, benar bakal ada tinja yang ngambang," tutur Agus.
Ia menjelaskan, laporan soal kondisi kali yang dipenuhi limbah tinja sebetulnya sudah ada sejak dulu.
Namun, laporan semakin menggunung pada 2022.
Ngotot buang limbah ke kali
Ada beragam alasan warga RT 001/RW 08 sempat ngotot membuang limbah tinja ke Kali Irigasi.
"Ada yang bilang mereka bingung tempatin septic tank-nya di mana. Alasannya kebanyakan begitu," ungkap Agus.
Warga juga berdalih, mereka tidak menyadari bahwa pipa klosetnya langsung mengarah ke Kali Irigasi, bukan ke septic tank.
Alasan lainnya, mereka mengira pembuatan septic tank membutuhkan lahan luas sehingga memilih membuang limbah tinja langsung ke kali.
"Berbagai alasan mereka (katakan) agar bisa menghindar dan enggak mau buat septic tank. Dengan alasan apa pun, prinsipnya tetap enggak boleh buang air besar sembarangan," tegas Agus.
Sosialisasi dan edukasi
Komplain yang menggunung perihal kondisi Kali Irigasi membuat Lurah akhirnya melayangkan surat untuk pengurus RT, RW, dan pemilik bangungn.
Namun surat teguran itu tidak cukup menggerakkan warga untuk membuat septic tank.
Tidak ada satu pun penghuni bantaran Kali Irigasi yang tergerak untuk membuat lubang pembuangan limbah kloset.
Padahal, pengurus RT dan RW setempat sudah membantu dalam menegur para penghuni.
Sebab, yang dirugikan bukanlah mereka lantaran aliran air terus mengalir.
Pihak yang dirugikan adalah penghuni rumah di luar RT dan RW tersebut yang tinggal di dekat aliran kali dan dilewati limbah tinja.
Komplain pun terus berdatangan sampai akhirnya muncul gerakan "Zero BABS" atau "Zero BAB Sembarangan" pada 2023.
Gerakan ini bertujuan untuk menjaga aliran kali di kelurahan itu bebas dari limbah tinja.
Gerakan Zero BABS
Dalam menjalankan gerakan Zero BABS, Agus mengatakan, pihaknya langsung turun ke lapangan untuk melakukan musyawarah dengan para penghuni bantaran Kali Irigasi di RT 001/RW 08.
Namun, rencananya gerakan itu juga akan digalakkan ke RW 01 sampai RW 04.
"Dalam musyawarah, langsung saya minta untuk warga tentukan titik pembuatan lubang septic tank," ujar Agus.
"Kelurahan menegaskan akan membantu penggalian dan pembuangan tanah oleh PPSU Kelurahan Ujung Menteng," sambung dia.
Sementara itu, warga hanya perlu menyiapkan bujet untuk material yang dibutuhkan dalam pembuatan lubang tersebut.
Melalui gerakan itu, pihak kelurahan bersama RT dan RW setempat, mengajak warga yang membuang limbah tinja ke kali agar lebih tertib.
Mereka akan dibantu dalam membuat lubang pembuangan limbah tinja atau septic tank oleh PPSU Kelurahan Ujung Menteng.
Septic tank mulai dibangun
Adapun RW 08 adalah RW pertama yang sedang dilakukan penggalian septic tank.
Sebab, RW itu hanya memiliki sedikit pelanggar buang air besar (BAB) sembarangan, yakni sekitar 26 bangunan.
"Untuk pembuatan septic tank, ada yang satu lubang untuk tiga bangunan, ada juga yang untuk empat bangunan, tergantung kondisi fisik di lapangan," terang Agus.
Penggalian lubang pembuangan limbah tinja dan pemasangan spanduk di RW 08 sudah dilakukan sejak sepekan lalu.
Pekan lalu, dua lubang sudah dibuat. Satu lubang untuk tiga bangunan dan satu lagi untuk tujuh bangunan.
Pekan ini, dua lubang sedang dibuat. Satu lubang untuk 10 bangunan dan satu lagi untuk empat bangunan.
Agus mengatakan, sebagian warga di RT 001/RW 08 masih membuang limbah tinja ke kali sembari menunggu giliran dalam penggalian lubang septic tank.
"Setidaknya intensitas limbah tinja berkurang karena sudah ada empat titik septic tank," ungkap dia.
Lebih lanjut, air di Kali Irigasi terus mengalir. Jadi, limbah tinja tidak akan mengendap di lokasi pembuangan.
Saat ini, bangunan-bangunan yang sudah memiliki lubang septic tank tidak lagi membuang limbah tinja ke kali.
Pipa bekas pembuangan tinja masih menempel di turap kali. Namun, kondisinya sudah mengering karena tidak digunakan lagi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/07/09091011/potret-kehidupan-warga-bantaran-kali-di-jakarta-masih-ada-yang-buang