JAKARTA, KOMPAS.com - Sampah yang menggunung masih di sudut-sudut wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) masih menjadi permasalahan pelik bagi masyarakat.
Bagaimana tidak, sampah-sampah ini teronggok di tempat yang bukan semestinya. Tumpukan ini membuat baunya tak sedap menyebar hingga ke permukiman warga sekitar.
Baru-baru ini, warga RT 004 RW 002, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, mengeluhkan adanya aktivitas pembuangan sampah di tempat pembuangan sampah (TPS) ilegal yang terletak di lahan kosong dekat permukiman mereka.
Jarak lahan kosong itu hanya sekitar 300-500 meter rumah warga. Menurut Ketua RT, Ruslan, pembuangan sampah di sana memang sudah berlangsung sejak puluhan tahun.
Namun, semakin lama kondisi TPS ilegal itu semakin padat. Sampah-sampah yang ada semakin tak bisa dikendalikan. Pembuangan sampah di TPS tersebut diminta untuk dihentikan.
Adapun tumpukan sampah tak terkendali itu nyatanya tak hanya terjadi di Pondok Ranji. Kompas.com mencoba merangkum masalah serupa juga terjadi di wilayah lainnya.
TPS ilegal bekas tempat memulung di Pondok Ranji
Lahan kosong yang dijadikan TPS ilegal itu semakin tidak terkontrol. Awalnya, TPS itu merupakan tempat para pemulung untuk mengepul barang bekas.
Kendati demikian, menurut Ruslan, lokasi TPS ilegal itu saat ini melayani sampah-sampah yang berasal dari rumah tangga hingga pasar.
"Sekarang-sekarang ini yang masuk ke sana itu sampah pasar. Jadi ada keluhan bau dari masyarakat sekitar," ucap Ruslan, saat ditemui di kediamannya, Senin (19/6/2023).
Setidaknya, ada 50 kepala keluarga yang bersinggungan langsung sehingga terkena dampak dari aktivitas pembuangan sampah-sampah di sana.
Warganet mengeluhkan kondisi Kali Baru yang disebut selalu dipenuhi sampah. Kali tersebut berada di RW 11 Jalan Margonda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Keluhan yang disampaikan melalui unggahan foto akun Instagram @depok24jam pada Selasa (13/6/2023) itu menyebut Kali Baru selalu dipenuhi sampah styrofoam.
"Ini selokan selalu full sampah styrofoam deh. Apalagi kalo hujan, ini sampah udah ngambang aja, airnya mandek, sedih liatnya," demikian yang tertulis dalam foto yang diunggah akun Instagram @depok24jam, dikutip Kamis (15/6/2023).
Dalam foto tersebut tampak sampah yang menggunung. Kebanyakan sampah di sana memang terdiri dari styrofoam, tapi ada juga kresek, cup gelas, botol, kayu-kayu, dan lainnya.
Bahkan, karena tertutup sampah, Kali Baru dalam foto unggahan akun @depok24jam tidak tampak seperti kali, malah justru tampak seperti tempat pembuangan sampah.
Berbagai jenis sampah juga menumpuk di bahu Jalan KH Ahmad Dahlan, tepatnya di depan Pasar Rubuh, Petir, Cipondoh, Tangerang.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Selasa (6/6/2023), tumpukan sampah itu telah memakan bahu jalan sekitar dua meter dan berjejer sepanjang kurang lebih 20 meter.
Tumpukan sampah itu didominasi oleh plastik yang berisi sampah sayuran dan sampah rumah tangga. Kondisi sampah itu telah mengering, tetapi mengeluarkan bau tak sedap.
Alhasil, para pengguna jalan, baik roda dua maupun roda empat, kesulitan melintas. Terlebih, apabila kendaraan itu melintas secara bersamaan bakal menimbulkan kemacetan.
Pemerintah Kota Tangerang telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mencegah sampah kembali menumpuk di bahu jalan itu, salah satunya dengan membuat bank sampah.
Trotoar di depan Pasar Induk Cibitung dipenuhi sampah yang berserakan. Kondisi ini terlihat di Jalan Bosih Raya, Cibitung, Kabupaten Bekasi.
Pantauan Kompas.com di lokasi, Senin (5/6/2023), sampah rumah tangga yang dibungkus plastik tampak mendominasi, kebanyakan berisi sayur yang sudah mulai membusuk.
Plastik berisi sampah rumah tangga itu membuat pejalan kaki kesulitan berjalan di trotoar. Mereka akhirnya "mengalah" pada tumpukan sampah dan berjalan di pinggir jalan raya.
Padahal, luas trotoar hampir dua meter. Namun, akibat diokupansi sampah, trotoar jadi tidak ramah bagi pejalan kaki. Warga sekitar mengeluhkan TPS liar yang menutup trotoar itu.
Pihak Kelurahan Wanasari memastikan segera memasang CCTV di trotar Pasar Induk Cibitung tepatnya di Jalan Bosih Raya, Cibitung, Kabupaten Bekasi.
Kondisi Pasar Kemiri Muka, Depok, semakin jorok lantaran sampah-sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) sudah menggunung.
Menurut pedagang setempat, gunungan sampah itu terjadi selama dua bulan terakhir. Akibatnya, tumpukan sampah mengganggu aktivitas jual beli di Pasar Kemiri Muka.
Selain sampah pedagang, sampah-sampah di sana juga berasal dari enam RW di sekitar Pasar Kemiri Muka, yaitu sayuran, buah-buahan, keranjang, karung, dan sampah rumah tangga.
Ketua Kerukunan Pedagang Pasar Kemiri Muka Depok (KPPKMD) Karno Sumardo mengatakan, kondisi sampah yang menggunung itu bukan karena petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok tak mengangkut.
Namun, intensitas pengangkutan sampah yang dilakukan petugas DLHK Kota Depok tak sebanding dengan sampah yang masuk di TPS tersebut. Sampah yang masuk ke TPS Pasar Kemiri Muka bisa mencapai tiga truk per hari.
Hal itu memicu kegeraman para pedagang Pasar Kemiri Muka. Buntutnya, para pedagang memasang sejumlah banner berisi protes yang ditujukan ke DLHK Kota Depok.
Pemandangan tak biasa juga terjadi di sejumlah sudut kota Tangerang, Banten, di mana sampah ditumpuk di area dalam dan sekitar jalan raya.
Di Jalan HOS Cokroaminoto, Karang Tengah, Tangerang, pada Selasa (25/4/2023), tampak plastik-plastik sampah rumah tangga berjejer di pembatas jalan.
Sementara itu, kendaraan roda dua dan roda empat melintas di sisi kiri dan kanan pembatas jalan tersebut. Di sisi jalan lainnnya, ada pula pemotor yang kedapatan tengah membuang sampah rumah tangganya di pinggir Jalan HOS Cokroaminoto.
Tumpukan sampah bahkan berjejer di depan toko dan minimarket di jalan tersebut. Kondisi ini kerap membuat kesal pemilik toko karena tempat usahanya menjadi kotor dan bau.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/19/18150441/sederet-masalah-sampah-yang-bikin-jengkel-warga-di-jabodetabek-termasuk