Salin Artikel

Hari Pertama Sekolah, Ketika Anak dan Orangtua Sama-sama Jalani Rutinitas Baru...

Seperti sekolah lainnya, SD Negeri Pulo Gebang 04 dan 05 di Cakung juga menggelar HPS untuk menyambut siswa kelas 1.

Para orangtua dan murid sudah memenuhi lapangan sekolah itu sejak pukul 06.30 WIB. Beberapa di antaranya adalah Syaifullah (35) dan Sami'na (37).

Pada hari pertama ini, orangtua dan anak sama-sama memulai rutinitas baru.

Sulit dibangunkan

Anak pertama Syaifullah, Julio (7), bersekolah di SD Negeri Pulo Gebang 04. Julio baru beranjak dari TK ke SD. Kemarin merupakan hari pertamanya bersekolah sebagai anak kelas 1 SD.

"Hari pertama sekolah, tapi anak sempat susah dibangunin tadi, jadi berangkat dalam keadaan masih ngantuk," ujar Syaifullah di lokasi, Rabu.

Syaifullah berangkat sekitar pukul 06.00 WIB. Sebab, ia dan Julio sudah harus tiba di sekolah pukul 06.30 WIB.

Dia sekeluarga sudah bangun lebih pagi agar tidak terlambat mengantar Julio sekolah.

"Untungnya peralatan sekolah sudah disiapin dari malam. Jadi tadi pagi Julio tinggal bangun, mandi, dan sarapan," tutur dia.

Kaget dengan jam sekolah

Untuk Sami'na, anaknya yang bernama Mufidah (6) juga bersekolah di tempat yang sama dengan Julio.

Berbeda dengan teman barunya, Mufidah justru semangat bersekolah, meski kaget karena harus bangun lebih pagi.

"Dia memang selalu mau sekolah, sudah semangat dari sebelum pendaftaran SD, tapi dia kaget karena harus bangun lebih pagi," ucap Sami'na di lokasi, Rabu.

Sami'na mengungkapkan, saat masih bersekolah tingkat TK, anaknya tidak harus bangun pagi.

Namun, karena SD di Jakarta secara serentak masuk pada pukul 06.30 WIB, Mufidah harus sudah bangun sejak sekitar pukul 05.00 WIB untuk siap-siap dan berangkat pukul 06.00 WIB.

Mengetahui hal ini, Mufidah menanyakan alasan di balik jam masuk sekolah yang lebih pagi daripada ketika ia masih TK.

"Dia tanya, 'Kalau masuknya 06.30 WIB, kenapa?'. Saya bilang kalau SD ikut aturan pemerintah. Jadi enggak bisa atur sendiri kayak pas di masih TK," jelas Sami'na.

"Anak saya tanya, 'Berarti aku harus bangun lebih pagi setiap hari?'. Dia kaget di situ, terheran-heran karena jam sekolahnya jadi lebih pagi," imbuh dia.

Peralatan sekolah disiapkan dari jauh hari

Sami'na mengatakan, ia sudah menyiapkan segala hal untuk membuat anaknya merasa nyaman bersekolah SD.

Sejak jauh hari, peralatan sekolah sudah dibeli. Untuk seragam, ia hanya membeli seragam merah putih.

Saat ini, ia masih menunggu instruksi lebih lanjut dari pihak sekolah terkait jenis seragam lainnya, yakni seragam olahraga dan batik.

Bawa bekal agar tidak jajan di luar

Syaifullah dan Sami'na sama-sama membawakan bekal untuk anak-anak mereka.

Syaifullah sengaja membawakannya agar Julio tidak perlu jajan ke luar area sekolah.

"Bawa bekalnya cuma snack dan biskuit, enggak makanan berat karena tadi sudah sarapan di rumah," tutur dia.

Sementara itu, Sami'na menyiapkan bekal demi menjaga kesehatan sang anak.

Meski jajanan di luar sekolah mungkin aman, Sami'na tetap ingin memastikan asupan gizi anaknya, dengan menyiapkan makanan yang dia olah sendiri.

"Memang sengaja saya bawain bekal hari ini, tapi memang sejak TK selalu saya bawain bekal juga. Buat ngurangin dia jajan sembarangan," ucap dia.

Pada Rabu, Mufidah dibawakan sekotak bekal berisi nasi, telur dadar, abon, rumput laut, sushi, dan otak-otak.

Menu lainnya yang dibawakan oleh Sami'na adalah sekotak susu, makanan ringan, biskuit, dan sebotol air mineral.

Dibawakan uang jajan, tapi untuk ditabung

Mufidah memang sering diberi uang harian sejak sekolah di taman kanak-kanak. Uang itu sebagai pegangan jika ia ingin membeli sesuatu.

Pada hari pertama sekolah di SD Negeri Pulo Gebang 04, Sami'na memberinya bekal sebesar Rp 3.000.

"Saya kasih tahu, itu uang buat pegangan kalau mau beli sesuatu, kayak jajanan. Kalau enggak mau beli jajanan, makan bekalnya aja. Biasanya, itu ongkos masih utuh pas sampai rumah," ungkap Sami'na.

Lebih lanjut, setiap sang buah hati ingin jajan meski sudah memakan bekal, Sami'na mengatakan agar jajanan itu dibeli menggunakan uangnya.

Sami'na ingin Mufidah tetap memegang uang itu apabila sang anak ingin membeli sesuatu menggunakan "uangnya" sendiri.

Sami'na mengatakan bahwa cara itu dilakukan untuk membiasakan anaknya menabung.

"Secara enggak langsung, ongkosnya jadi terbiasa ditabung sampai sekarang. Kalau dikasih ongkos, selalu ditabung. Kalau lagi iseng, dia suka buka celengan untuk rapikan uang tabungannya," tutur Sami'na.

Bekal wejangan untuk anak

Selain bekal, Syaifullah turut membekali anaknya dengan pesan moral.

"Ada pembekalan moral terhadap anak saya buat hari pertama sekolahnya. Saya kasih tahu agar selalu percaya diri dan enggak mudah malu," jelas Syaifullah.

Menurut dia, sejauh ini anaknya memang gampang bergaul.

Rasa percaya diri yang tinggi membuatnya mudah dekat dengan orang dan menjadikan mereka teman.

Akan tetapi, Syaifullah tetap mengingatkan Julio untuk tetap mempertahankan rasa percaya diri itu, terutama karena ia bertemu dengan lingkungan baru juga.

"Anak saya memang gampang bergaul, cuma tetap saya bekali pesan itu. Saya nasihatin khusus juga supaya saling menjaga sama teman-teman barunya, dan jangan berkata-kata kasar," ucap dia.

Sami'na juga mempersiapkan anaknya secara mental agar siap menghadapi teman-teman dan lingkungan baru.

Salah satunya memberi nasihat agar sang anak menjaga tingkah laku dan cara bicaranya supaya tidak berteriak-teriak.

"Saya juga nasihati supaya anak harus lebih sabar dan jangan cepat marah. Terus, berteman dengan siapa saja," terang Sami'na.

Lebih lanjut, ia juga mengajari Mufidah untuk selalu menjaga diri dari sentuhan orang lain, meski dalam hal bercanda.

"Saya bilang, 'Jangan pernah kamu bolehin orang lain menyentuh bagian sensitifmu, kecuali itu kamu sendiri dan mama'. Kalau dipegang, saya suruh teriak. Kalau orangnya marah, saya suruh gigit," ucap dia.

Khawatir anak sulit beradaptasi

Sami'na mengaku mengkhawatirkan sang anak. Ia takut anaknya tidak bisa beradaptasi di lingkungan baru dengan jumlah siswa yang lebih banyak.

"Dulu pas TK jumlah muridnya sedikit, sekarang pas SD jumlahnya banyak. Takutnya anak saya enggak terbiasa dengan jumlah anak seusianya yang lebih banyak, enggak bisa beradaptasi," ujar dia.

Namun, Sami'na tetap memberi semangat kepada anaknya agar mulai beradaptasi dalam acara penyambutan anak kelas 1 di SD itu.

Caranya dengan menemani Mufidah sepanjang acara. Ia membantu anaknya berkenalan dengan anak-anak lainnya.

"Saya juga ikut kenalan sama orangtua murid lainnya biar saling kenal muka dan kenal anak-anak mereka juga," Sami'na berujar.

Terkait hari pertama anaknya bersekolah, Sami'na berharap Mufidah selalu merasa nyaman.

Sebab, rasa nyaman dan senang memengaruhi rajinnya Mufidah dalam bersekolah.

Hal ini juga terlihat ketika anak Sami'na bersekolah di taman kanak-kanak (TK).

Kala itu, anaknya sudah merasa sangat nyaman dan senang bersekolah di TK tersebut.

"Karena itu, dia jadi suka sekolah. Libur sekolah juga diminta jangan lama-lama. Makanya saya jadi tahu, kalau suasana hatinya baik karena merasa nyaman, bakal rajin sekolah tanpa disuruh," jelas Sami'na.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/13/06281171/hari-pertama-sekolah-ketika-anak-dan-orangtua-sama-sama-jalani-rutinitas

Terkini Lainnya

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Megapolitan
Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Megapolitan
Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke