Salin Artikel

Sempat Berdamai, Keluarga Remaja yang Dianiaya di Lenteng Agung Pilih Lapor Polisi Usai Lihat CCTV

Kesepakatan damai itu terjadi dalam mediasi yang berlangsung selang beberapa jam dari kejadian penganiayaan.

Ketua RW 03 Kelurahan Lenteng Agung, Haswin Anwar mengatakan, mediasi berlangsung lancar. Baik pihak korban maupun terduga pelaku sama-sama berbesar hati.

"Alhamdulillah menurut keterangan Pak RT, malam itu (Sabtu) juga sudah diadakan kesepakatan perdamaian, terutama dari pihak yang dirugikan, yaitu orangtua D sudah memaafkan ya. Sudah memaafkan, saling memaafkan," ungkap Haswin kepada wartawan, Minggu (20/8/2023).

Minta mediasi ulang

Sehari setelah mediasi atau pada Minggu pagi, pihak keluarga D meminta mediasi ulang setelah tahu aksi penganiayaan yang dilakukan F begitu brutal.

Keluarga D disebut tak terima dengan penganiayaan yang dilakukan F sehingga meminta mediasi dilakukan kembali oleh pihak RW.

"Jadi pas malam itu keluarga korban belum melihat rekaman CCTV. Mereka awalnya mengira sang anak hanya dipukul biasa saja. Tapi pas lihat rekaman CCTV, keluarga korban berubah pikiran," kata Haswin.

"Kata ibu korban, sang anak diinjak, kemudian dicekik oleh terduga pelaku. Makanya orangtua korban tidak terima," lanjut dia.

Keluarga D memilih melaporkan kasus penganiayaan ke polisi lantaran mediasi ulang yang digelar pihak RW menemui jalan buntu pada Minggu sore.

"Jadi hasil mediasi atau musyawarah hari ini (Minggu) deadlock. Pihak korban atau pihak yang merasa dirugikan ingin meneruskan masalah ini ke ranah hukum," ujar Haswin.

Pantauan Kompas.com, mediasi tak menemui titik temu karena keluarga korban menilai perbuatan F tak beradab.

Terduga pelaku disebut secara sengaja mencekik dan menginjak leher korban.

Oleh karena itu, keluarga D tidak terima dengan adanya tindak penganiayaan yang dinilai amat berlebihan.

"Kami sudah memaafkan, tetapi tindak penganiayaan itu masuk ke ranah hukum. Jadi kami memutuskan untuk membawa kasus ini ke polisi," kata ibu korban saat mediasi.

Setelah memutuskan untuk membawa kasus ke jalur hukum, pihak korban dan terduga pelaku langsung bergegas menuju Polres Metro Jakarta Selatan.

Kedua belah pihak langsung didampingi oleh Unit Perlindungan Perempuan dan anak (PPA) Polres Metro Jakarta Selatan yang kebetulan mengikuti mediasi.

Diberitakan sebelumnya, rekaman CCTV berisi video penganiayaan F terhadap D beredar luas di berbagai grup WhatsApp.

Dalam video berdurasi 40 detik terlihat seorang remaja dianiaya di gang sempit.

Mulanya dua terduga pelaku melintas di gang dengan mengendarai motor secara berboncengan.

Kemudian D mengikuti terduga pelaku tepat di belakangnya menggunakan motor matik.

Sesampainya di depan rumah salah satu warga, terduga pelaku menghentikan laju kendaraannya.

F yang memiliki perawakan tinggi besar lalu menghampiri korban yang tengah memarkirkan motornya.

Namun, tanpa basa-basi terduga pelaku yang mengenakan kaus hitam langsung mencekik korban.

D yang mengenakan kaus berwarna hijau lalu dibanting ke tanah hingga tersungkur.

Setelah itu, korban dicekik selama beberapa saat ketika telentang di atas tanah.

Tak berhenti sampai disana, F kemudian menginjak leher korban dengan kaki kanannya.

Di lain sisi, dalam rekaman CCTV itu juga terdengar percakapan antara terduga pelaku dan korban.

"Ampun enggak lu?" kata F yang mencekik korban di tanah.

Korban yang menahan sakit kemudian bertanya, "Lu siapa dulu ini bang, gua enggak kenal lu."

Terduga pelaku yang kesal lalu menginjak leher korban.

"Enggak kenal, enggak kenal. An**ng, jangan tengil lu kalau di WA," ujar F.Korban yang berusaha mengelak lalu menjawab, "Gue kagak kenal sama lu bang."

"Enggak kenal lu, nge**** lu. Udah bangun lu, lu kalau di WA jangan tengil," timpal terduga pelaku.

Tak lama kemudian, aksi penganiayaan yang dilakukan F diketahui masyarakat sekitar. Sebab, pemilik kamera CCTV saat itu menyadari adanya keributan yang terjadi di depan rumahnya.

Keributan antar-remaja RW 03 Kelurahan Lenteng Agung itu menggugah hasrat pemilik CCTV untuk melaporkan kejadian itu kepada ketua RT setempat.

"Kejadian itu kan terekam CCTV, sama yang punya CCTV langsung dilaporkan ke ketua RT wilayah setempat, yakni RT 004," tutur Haswin.

Mumu selaku Ketua RT 004 kemudian menindaklanjuti dengan mencari pelaku. Setelah mencari ke sejumlah titik, Mumu lantas menemukan F tak jauh dari lokasi penganiayaan.

"Setelah mendapatkan laporan CCTV itu, Ketua RT 004 langsung bertindak mencari itu anak. Ternyata belum jauh dari lokasi, dipeganglah dia, artinya diamankan sama Pak RT," ungkap Haswin.

Setelah itu, Ketua RT 004 berinisiatif memanggil pihak korban. Keluarga D dipanggil dengan maksud untuk menyelesaikan perkara penganiayaan secara damai melalui mediasi.

(Penulis: Dzaky Nurcahyo | Editor: Irfan Maullana).

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/21/14190701/sempat-berdamai-keluarga-remaja-yang-dianiaya-di-lenteng-agung-pilih

Terkini Lainnya

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke