Atas dasar dugaan itu, salah seorang korban berinisial TY memutuskan untuk mengakhiri kontak dengan pelaku. TY juga berinisiatif mencari dan mengumpulkan korban-korban lainnya.
"(Korban) dari Jakarta lumayan banyak. Tetapi dari luar kota juga ada, misalnya dari Balikpapan dan Jawa Timur," ucap TY kepada Kompas.com, pertengahan Juli lalu.
TY mengaku sudah curiga pada pelaku sejak Juni lalu. Namun, ia baru berani memutuskan hubungan dengan pelaku pada awal Juli 2023.
Sebelum memutuskan hubungan, TY mengatakan sempat berupaya meluluhkan hati pelaku. Harapannya, uang yang pernah TY keluarkan bisa kembali lagi berapa pun jumlahnya.
"Tapi enggak kena juga. Karena enggak kena juga, saya kesal. Saya maki-maki dia. Saya marahi dia dan dia langsung hilang," ucap TY.
Adapun modus pelaku adalah memperdaya korban dengan ajakan bisnis jual beli daring lewat toko di website dagang online fiktif.
Usai TY memaki-maki pelaku, akun toko daringnya mendadak hilang. Ia menduga, akunnya dihapus dan diblok. Pelaku juga langsung menonaktifkan nomor kontaknya.
TY menghitung, wanita yang menjadi korban kasus penipuan “Tinder Swindler” versi Indonesia berjumlah lebih dari 20 orang. Ia pun yakin masih banyak korban yang belum terjangkau.
Buru korban lain
TY mengaku sempat terguncang usai menyadari modus yang dilakukan pelaku untuk mengeruk hartanya.
TY merasa harus mencari cara untuk menghentikan kejahatan pelaku.
"Tiba-tiba saya ingat omongannya dia, kalau buka toko itu harus masukkin atau daftar pakai nomor telepon," ujar TY.
Akhirnya, TY memutuskan untuk membuka profil akun toko itu satu per satu. Ia mengecek, menyimpan, dan menghubungi semua nomor kontak yang tertera pada akun itu.
"Ternyata merchant-merchant di sana korban semua. Saya juga yakin orang yang ada di situ itu orang yang kontakan sama dia (pelaku). Enggak mungkin enggak," tutur TY.
Pasalnya, kata TY, tidak mungkin para pemilik akun mau membuka toko online pada situs fiktif itu tanpa jeratan pelaku.
Menurut TY, tak jarang beberapa akun pakai nomor asal Malaysia. Namun, TY yakin kontak itu juga fiktif agar toko daring itu terkesan sungguhan.
Adapun TY sudah mengalami kerugian sekitar US$ 23.000 atau sekitar Rp 300 juta. TY juga telah menghitung total kerugian dari korban-korban lain, bisa mencapai Rp 3 miliar.
Setidaknya, sudah ada 27 orang yang terjaring sebagai korban dan terkumpul di dalam sebuah grup. Mereka juga sudah melaporkan kasus itu ke Polda Metro Jaya, Rabu (19/7/2023).
Laporan polisi teregister dengan nomor LP/B/4163/VII/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.
Namun, bagi TY, peristiwa yang dialaminya ini jauh lebih penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia, terutama para wanita yang hendak membangun hubungan melalui dating apps agar tidak ada korban lagi di kemudian hari.
(Catatan redaksi: Apabila Anda merupakan korban penipuan seperti artikel di atas dan ingin berbagi kisah, silakan hubungi tim Megapolitan di sejumlah akun media sosial Kompas.com, yakni Twitter, Instagram, TikTok, atau Telegram.)
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/23/13124591/cerita-wanita-yang-mempersatukan-korban-tinder-swindler-indonesia-sebelum