Salin Artikel

[Kilas Balik] 66 Tahun Lalu, Presiden Soekarno Nyaris Terbunuh dalam Tragedi Cikini

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak enam granat menghujani sekolah Perguruan Cikini di Jalan Cikini Nomor 76 Jakarta Pusat, pada Sabtu, 30 November 1957.

Keenam granat itu sengaja dilempar ke arah Presiden Soekarno yang malam itu tengah menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun ke-15 Perguruan Cikini.

Lima dari enam granat meledak, lalu menewaskan sepuluh orang anak sekolah. Kemudian, sebanyak 48 orang disebut mengalami luka hingga cacat.

Beruntung, Soekarno dan kedua anaknya, Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri selamat dari insiden tersebut.

Kebetulan, kedua anak Soekarno itu merupakan murid di sekolah tersebut.

Kronologi

Tragedi itu bermula saat Soekarno yang sedang dikerumuni anak-anak berjalan keluar untuk meninggalkan lokasi malam dana amal di sana.

Malam itu, ramai dengan hiasan balon, carikan kertas warna-warni, musik, nyanyian, lelang, hingga pertunjukan singkat.

Tiba-tiba, sebuah granat meledak. Granat lainnya kembali dilemparkan dari sisi kiri dan kanan gedung secara bersusulan.

Ledakan tersebut membuat banyak orang tergeletak. Sementara Soekarno merunduk ke arah belakang mobil sambil melindungi anak-anak yang ada di dekatnya.

Granat yang dilempar dari jarak lima meter itu ternyata menembus mesin, menghancurkan kaca depan, dan meledakkan dua ban.

Setelah mobil itu diledakkkan. Ajudan Bung Karno, Mayor Sudrato menarik tangannya. Bung Karno bersama ajudannya lari menyeberangi jalan.

Dalam keadaan gelap dan panik, Bung Karno terjatuh ke tanah. Sang ajudan menolong Bung Karno, lalu mereka lari ke sebuah rumah milik seorang Belanda.

Di sisi lain, anak-anak berteriak dan lari ketakutan memasuki gedung sekolah. Tamu-tamu bergulingan ke bawah kendaraan demi menyelamatkan diri.

Suasana mengerikan itu terjadi hingga ledakan granat kelima. Tak berselang lama, polisi dan ambulans datang bergantian. Sekolah itu mendadak jadi rumah sakit darurat.

Amarah Soekarno

Pukul 22.00 WIB, kendaraan cadangan membawa Soekarno ke istana. Soekarno yang selamat dari tragedi berupaya menenangkan rakyat melalui siaran radio.

"Berkat perlindungan Tuhan, aku masih hidup dan tidak luka sedikit pun," ucap Soekarno saat itu.

Pascatragedi, Soekarno dengan amarahnya segera memerintahkan pengejaran terhadap para pelaku pelemparan granat. Dalam waktu 24 jam, pelaku ditangkap.

Penyerangan ini ternyata didalangi Jusuf Ismail, Sa'idon bin Muhammad, Tasrif bin Husein, dan Moh Tasin bin Abubakar.

Berdasarkan penyelidikan, terungkap bahwa keempat orang ini adalah penghuni Asrama Sumbawa yang juga berlokasi di kawasan Cikini dan anggota dari pemberontak Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/TII).

Berdasarkan hasil persidangan, keempat terdakwa pelaku tragedi Cikini diputuskan diberi hukuman mati di hadapan regu tembak pada 28 Mei 1960.

Tragedi pelemparan granat di Perguruan Cikini diduga bukan hanya sebuah aksi teror biasa, melainkan bertujuan untuk menyingkirkan Soekarno dari kursi kepresidenan.

Pada masa kepemimpinan Soekarno, banyak orang yang merasa tidak puas dengan kondisi politik yang terjadi saat itu.

Akibatnya, tercetus sebuah upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap Soekarno. Salah satu cara yang digunakan pelaku adalah dengan melemparkan granat.

Ide ini sendiri tercetus ketika salah satu pelaku tengah melihat mobil Presiden Soekarno di Perguruan Cikini pada 30 November 1957 itu.

Patung peringatan

Pihak sekolah masih terus mengingat kelamnya peristiwa Cikini. Di salah satu ruangan rapat, tersimpan sebuah patung berwarna putih simbol dari peristiwa itu.

Patung yang terbuat dari semen putih itu berbentuk perempuan yang sedang berjongkok tertunduk memeluk seorang anak.

Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah Yayasan Perguruan Cikini Susiyanto mengatakan, patung itu simbol kepedihan peristiwa yang memakan korban sipil dan anak-anak.

Patung dibuat dengan simbol seorang ibu guru yang berduka memeluk siswanya yang menjadi korban granat teroris.

Sekolah yang menjadi saksi sejarah teroris generasi pertama ini pun terus berbenah. Banyak tokoh ternama menimba ilmu di sana.

Selain terkenal dengan kualitas pendidikan dan akademisnya, Perguruan Cikini ternyata juga memiliki sekolah kursus musik klasik.

Sekolah musik ini melahirkan harpis internasional Rama Widi, Achmad Albar, Cikini Stone Complex yang berubah menjadi Slank, serta band Sore dan Superglad.

Tak hanya sekadar sekolah rakyat partikelir yang hanya mengajarkan kursus bahasa Indonesia pada 1942, perguruan ini menjadi saksi bisu sejarah politik Orde Lama, hingga menelurkan musisi-musisi kenamaan Indonesia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/30/10000081/kilas-balik-66-tahun-lalu-presiden-soekarno-nyaris-terbunuh-dalam-tragedi

Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW4

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW4

Megapolitan
12.851 ASN di DKI Jakarta Masuk Usulan Penonaktifan NIK

12.851 ASN di DKI Jakarta Masuk Usulan Penonaktifan NIK

Megapolitan
Jaga Keakuratan, Dukcapil DKI Bakal Data 11,3 Juta Warga yang Tinggal di Jakarta

Jaga Keakuratan, Dukcapil DKI Bakal Data 11,3 Juta Warga yang Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Pengamat: Kaesang Lebih Berpotensi Menang di Pilkada Bekasi Ketimbang di Depok

Pengamat: Kaesang Lebih Berpotensi Menang di Pilkada Bekasi Ketimbang di Depok

Megapolitan
Polda Metro Pastikan Video Soal Tepung Dicampur Narkoba Hoaks

Polda Metro Pastikan Video Soal Tepung Dicampur Narkoba Hoaks

Megapolitan
BPBD DKI Siapkan Pompa 'Mobile' untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Jakarta

BPBD DKI Siapkan Pompa "Mobile" untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Jakarta

Megapolitan
Ini 9 Wilayah di Pesisir Jakarta yang Berpotensi Banjir Rob hingga 29 Mei 2024

Ini 9 Wilayah di Pesisir Jakarta yang Berpotensi Banjir Rob hingga 29 Mei 2024

Megapolitan
Komplotan Maling Gasak Rp 20 Juta dari Kios BRILink di Bekasi

Komplotan Maling Gasak Rp 20 Juta dari Kios BRILink di Bekasi

Megapolitan
Supirnya Mengantuk, Angkot Tabrak Truk Sampah di Bogor

Supirnya Mengantuk, Angkot Tabrak Truk Sampah di Bogor

Megapolitan
KPAI: Banyak Program Pemerintah yang Belum Efektif Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

KPAI: Banyak Program Pemerintah yang Belum Efektif Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Penusuk Lansia di Kebon Jeruk

Polisi Kantongi Identitas Penusuk Lansia di Kebon Jeruk

Megapolitan
KPAI: Kekerasan Seksual pada Anak Bisa Dicegah lewat Pola Pengasuhan yang Adaptif

KPAI: Kekerasan Seksual pada Anak Bisa Dicegah lewat Pola Pengasuhan yang Adaptif

Megapolitan
Pengamat: Kalau Dukungan Dananya Besar, Peluang Kaesang Menang pada Pilkada Bekasi Tinggi

Pengamat: Kalau Dukungan Dananya Besar, Peluang Kaesang Menang pada Pilkada Bekasi Tinggi

Megapolitan
Polisi Tangkap 6 Remaja yang Terlibat Tawuran di Sawah Besar

Polisi Tangkap 6 Remaja yang Terlibat Tawuran di Sawah Besar

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Tak Dilirik Pembeli, Mobil Akan Dilelang Lagi dengan Harga yang Telah Dikorting

Rubicon Mario Dandy Tak Dilirik Pembeli, Mobil Akan Dilelang Lagi dengan Harga yang Telah Dikorting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke