Berdasarkan pengukuran BNN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Pusat Statistik (BPS), angka prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia mengalami penurunan 0,22 persen dari sebelumnya 1,95 persen pada tahun 2022 menjadi 1,75 persen pada tahun 2023.
"Dari angka 1,95 persen dua tahun terakhir, menjadi 1,73 persen kalau dijumlahkan penduduknya yakni 3,3 juta terindikasi menggunakan dari (sebelumnya) 3,6 juta di dua tahun terakhir," kata Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol I Wayan Sugiri di BNN RI, Jakarta Timur, Kamis (28/12/2023).
Sedangkan untuk kategori pernah pakai, juga menurun dari 2,47 persen pada 2022 menjadi 2,20 persen pada 2023.
Dalam kesempatan itu, Kepala BNN RI Komjen Pol Marthinus Hukom juga mengungkap bahwa sepanjang 2023 BNN mengungkap 37 jaringan sindikat narkotika.
Jaringan itu terdiri dari 15 sindikat narkotika nasional dan 22 jaringan sindikat narkotika internasional.
Dari hasil penangkapan tersebut BNN pun menyita sejumlah barang bukti narkotika.
"Terbesar di antaranya adalah sabu sebesar 1,3 ton, sabu butir (yaba) sebanyak 61.200 butir, ganja kering seberat 1,4 ton. Ekstasi sebanyak 369.755 butir, dan ekstasi berbentuk serbuk seberat 145,4 kilogram," kata Marthinus.
Selain itu, lanjut dia, BNN RI juga telah memusnahkan 27,7 hektare ladang ganja dengan berat tanaman ganja basah mencapai 80 ton.
"Dari pengungkapan kasus narkotika dan penyitaan barang bukti ini, BNN RI berhasil menyelamatkan 8.154.623 generasi penerus bangsa dari potensi ancaman penyalahgunaan narkotika," ucap Marthinus.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/12/28/17291001/bnn-prevalensi-penyalahgunaan-narkoba-2023-turun-022-persen