Salin Artikel

Menjala Harapan di Kampung Nelayan Marunda Kepu

JAKARTA, KOMPAS.com - "Kita masih bisa. Namanya hidup, harus punya keyakinan."

Agus (60), warga Kampung Nelayan Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara, mengucap kata-kata di atas sambil menepuk dadanya, Senin (22/1/2024).

Cuaca sore hari di Marunda Kepu cerah berawan. Debu naik hingga ke hidung.

Anak-anak kecil bermain bola di jalan lurus berdebu menuju rumah Agus yang letaknya di ujung kampung.

Beberapa nelayan terlihat sibuk memoles kapalnya dengan amplas sebelum dicat.

Warga pemilik tambak menggulung alat pancing, menaburkan pakan ikan dan menjala sampah yang mengambang di permukaan air.

"Marunda itu kelurahan. Kalau Kampung Nelayan, yang murni nelayan, di sini ada empat; ada Marunda Pulo, Marunda Kongsi, Marunda Bidara, sama Marunda Kepu," lanjut Agus sambil mengajak Kompas.com menuju ke perahu miliknya.

Sambil menarik asap rokok lintingan di tangan kanannya, Agus gusar melihat tumpukan sampah di pesisir laut persis di depan rumahnya.

Dari tepi laut rumah Agus, lautan sampah sudah memanjang ke depan sekitar 15 meter dan kini bisa menjadi landasan bagi kakinya dan perahunya.

Sorot mata Agus tertuju pada beberapa gelas dan botol plastik di dekat perahu. Agus mengambil sampah tersebut dan memasukkan ke dalam kantong plastik kecil yang dia keluarkan dari saku celana.

"Dulu enggak ada sampah di sini. Jadi ini semenjak irigasi ini dibuat hingga sekarang, enggak pernah diolah. Sampah ini ada sejak lima tahun terakhir. Jadi sekarang sampah tidur," ujar Agus.

Agus mempertanyakan kinerja petugas dari Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Marunda.

Agus berharap alat berat bisa didatangkan agar masalah sampah di lingkungannya bisa teratasi.

"Kalau zaman dulu enggak pakai alat berat, wajar. Kalau sekarang kan alat berat banyak. Kenapa pakai tangan? Kita yang rugi. Aturan kita bisa kerja ya, enggak bisa. Perahu dangkal, enggak bisa jalan," lanjutnya.

Cuaca buruk dan sampah yang terihat menggunung di sekitar lingkungan, membuat warga Marunda Kepu tak kehilangan asa.

Senada dengan Agus, Rarat (55) juga salah satu yang memanfaatkan sampah plastik untuk dijual ke pengepul.

"Kalau sampah plastik gini, kayak botol dan gelas aqua, itu kami jual di pengepul yang lewat. Satu kilogram paling Rp 1500 sampai Rp 2000. Satu karung gini bisa empat sampai lima kilogram," ungkap Rarat.

Meski memulung, Rarat bangga karena usahanya terbilang halal dan tak merugikan orang lain.

"Saya mah yang penting ada penghasilan, dapur istri mengebul. Ini bisa dikatakan usaha paling halal," ucap Rarat.

Berhenti melaut

Cuaca buruk, angin kencang, dan ombak yang saat ini tak menentu membuat Agus, Rarat dan warga nelayan lainnya berhenti melaut.

Mereka sadar betul, risiko yang menanti di laut lebih besar dibandingkan hasil tangkapan ikan yang bakal mereka dapat.

"Saya nelayan di sini. Cuma sekarang cuacanya lagi buruk, ombak besar. Saya punya perahu kecil. Kalau musim panas itu biasanya melaut. Tapi sekarang anginnya lagi enggak bagus," jelas Rarat.

Ketika cuaca baik, Rarat biasa membuang jala di perairan Gombong, Tanjung Priok, hingga Muara Karang.

Rarat memprediksi setelah momen Idul Fitri, cuaca baru bisa dikatakan aman bagi nelayan.

Harapan

Beberapa cerita yang dikisahkan Agus dan Rarat di atas mewakili nelayan Marunda Kepu yang kini kesulitan mencari nafkah.

Meski begitu, mereka tetap sadar. Di tengah hidup sudah sulit dan berat, harapan masih terus ada dan perlu dihidupkan selapis demi selapis.

"Kami berpikir, kok makin lama, hidup makin sulit ya. Tapi kalau berpikir terus, enggak akan maju. Makanya harus bertindak. Kami mau maju, kami cari jalan terus buat cari duit," tutur Rarat.

Agus dan Rarat merindukan masa-masa indah ketika lingkungannya tak ada sampah. Mereka pergi ke laut dengan santai dan pulang dengan hasil tangkapan yang lumayan.

"Kadang kalau kayak gini mau buru-buru ke laut. Nunggu abis Lebaran, biar bisa ke laut lagi. Dapet ikan banyak dan dapur bini ngebul lagi," ungkap Agus.

Biarpun hanya setitik, harapan itu selalu ada. Di bayangan warga Kampung Nelayan Marunda Kepu, harapan selalu tersaji lewat mulut-mulut ikan yang melahap mata kail.

Harapan itu ada lewat ombak tenang yang yang menghampiri perahu, dan buih air laut pertanda ada ikan di bawah perahu.

"Kita masih bisa. Namanya hidup, harus punya keyakinan," kata Agus sambil menepuk dadanya, di atas perahu.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/23/09324951/menjala-harapan-di-kampung-nelayan-marunda-kepu

Terkini Lainnya

Lawan Petugas Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Lawan Petugas Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Megapolitan
Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 1 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 1 Juni 2024

Megapolitan
Nama Kaesang dan Anies di Bursa Pilkada Jakarta, Prediksi Pertarungan Sengit bak Pilpres 2024

Nama Kaesang dan Anies di Bursa Pilkada Jakarta, Prediksi Pertarungan Sengit bak Pilpres 2024

Megapolitan
6 Orang Ditangkap Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Polisi Ungkap Peran Masing-masing

6 Orang Ditangkap Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Polisi Ungkap Peran Masing-masing

Megapolitan
Unjuk Rasa Solidaritas Palestina di Kedubes AS, Massa Serukan Pembebasan Perempuan

Unjuk Rasa Solidaritas Palestina di Kedubes AS, Massa Serukan Pembebasan Perempuan

Megapolitan
8 Mobil Mewah Disita Polisi Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Ada Tesla, Lexus, dan Mercy

8 Mobil Mewah Disita Polisi Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Ada Tesla, Lexus, dan Mercy

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Ketua RW di Cilincing Usir Paksa 'Debt Collector' yang Mangkal di Wilayahnya | Cerita Penumpang MRT Saat Detik-detik Besi Ribar Jatuh ke Lintasan Kereta

[POPULER JABODETABEK] Ketua RW di Cilincing Usir Paksa "Debt Collector" yang Mangkal di Wilayahnya | Cerita Penumpang MRT Saat Detik-detik Besi Ribar Jatuh ke Lintasan Kereta

Megapolitan
Polisi Tangkap 6 Orang Terkait Penggunaan Pelat Palsu DPR, Salah Satunya Pengacara

Polisi Tangkap 6 Orang Terkait Penggunaan Pelat Palsu DPR, Salah Satunya Pengacara

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 1 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 1 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam Ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke