Salin Artikel

Terlampau Niat, Remaja di Jaktim Buat Bom Molotov hingga Urunan Beli Celurit untuk Dipakai Tawuran

Puluhan remaja itu ditangkap lantaran hendak melakukan tawuran di wilayah Jakarta Timur.

“Itu ada sebanyak 20 orang, kami sudah amankan dan kami kerja sama dengan Dinas Sosial untuk diperlukan sebagaimana layaknya anak berhadapan dengan hukum,” kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly dalam jumpa pers, Senin (5/2/2024).

Lilipaly menjelaskan, tiga dari 20 orang yang ditangkap merupakan admin pengelola akun media sosial dari tiga kelompok.

"Dari ke-20 orang ini, ada 3 orang yang berperan sebagai admin. Nah, dari admin ini kita lakukan penangkapan terhadap teman-temannya yang terlibat untuk melakukan tawuran,” ungkap Lilipaly.

Lilipaly mengatakan, penangkapan terhadap 20 orang tersebut bermula ketika anggota Polres Metro Jakarta Timur tengah melangsungkan apel malam sebelum berangkat berpatroli.

Saat itu, tiga remaja yang menjadi admin mengundang kecurigaan polisi karena merekam apel malam tersebut dengan menggunakan ponsel.

“Setelah apel, anggota kami menanyakan atau melihat handphone yang mereka rekam. Ternyata, di handphone itu dia tulis, 'kita jangan bergerak dulu, angin lagi kencang',” ujar Lilipaly.

Berdasarkan hasil interogasi, kata Lilipaly, angin merupakan sebuah kode bagi para pelaku yang ditujukan untuk anggota polisi.

“Artinya, dia sampaikan ke grupnya, 'jangan kita bergerak dulu, ada polisi'. Jadi, karena patroli Polres Metro Jakarta Timur keliling, mereka tidak bisa bergerak untuk melakukan tawuran. Mereka akhirnya bilang, 'di sini juga banyak FBR yang berkeliaran, jadi kita tunggu dulu',” ucap Lilipaly.

“Pada saat mereka menunggu itulah, ada kecurigaan berlanjut oleh anggota kami, akhirnya melakukan penggeledahan,” lanjutnya.

Dari hasil penggeledahan, polisi menemukan barang bukti berupa celurit, bom molotov, air keras, golok atau parang, stik golf, dan minuman keras.

“Ada juga barang bukti air keras yang disiapkan juga. Inilah Polres Metro Jakarta Timur yang sedang berusaha untuk mengungkap para pelaku yang menjual air keras dan sebagainya,” tutur Lilipaly.

Buat bom molotov

Lilipaly menerangkan, dua dari 20 remaja yang ditangkap berperan sebagai pembuat bom molotov.

“Dan yang paling parah lagi, yang buat bom molotov ini anak umur 14 tahun dan 15 tahun,” ungkap Lilipaly.

Menurut Lilipaly, kedua remaja yang membuat bom molotov belajar sendiri atau otodidak.

Mereka hanya bermodalkan tayangan YouTube dan informasi dari teman-teman mereka.

“Dia tahu dari omongan-omongan teman, juga dari media sosial, YouTube. Jadi, dia belajar dari YouTube dan juga tanya-tanya teman dan orang, dengar cerita,” ucap Lilipaly.

Urunan beli celurit

Selain membuat bom molotov, remaja yang ditangkap rupanya urunan untuk membeli sejumlah celurit.

“Mereka membeli celurit ini, jadi, urunan mereka, iuran dari uang-uang yang diberikan oleh orangtuanya, mereka simpan untuk membeli celurit,” ungkap Lilipaly.

Menurut dia, harga celurit-celurit tersebut berbeda-berbeda, sesuai dengan ukuran.

“Kalau untuk alatnya, ada yang Rp 500.000, ada yang Rp 700.000, ada yang Rp 300.000, tergantung panjangnya. Jadi, urunan mereka. 'oh kita mau beli alat perang, alat tawuran, kita beli celurit'. Jadi ada harganya,” ujar Lilipaly.

“Tergantung panjang dan besarnya. Ini tajam semua rekan-rekan. Ini kalau kena leher, selesai kita, putus,” imbuhnya.

(Tim Redaksi: Baharudin Al Farisi, Jessi Carina, Irfan Maullana, Akhdi Martin Pratama)

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/05/16562671/terlampau-niat-remaja-di-jaktim-buat-bom-molotov-hingga-urunan-beli

Terkini Lainnya

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Megapolitan
Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke