Dalam perjalanan pulangnya itu, Andre secara tidak sengaja memergoki seorang pria yang diduga tengah menganiaya perempuan di pinggir Jalan Jenderal Basuki Rachmat.
Andre kemudian merekam peristiwa tersebut dan meneriaki pelaku dari seberang Jalan Basuki Rachmat agar berhenti melakukan kekerasan terhadap korban.
“Saya lihat kekerasan di seberang, saya kata-katain, akhirnya berhenti kekerasannya. Saya mau bantuin, malas berantem. Minimal dia sudah enggak KDRT lagi,” ungkap Andre saat dihubungi Kompas.com melalui direct messages Instagram, Senin (5/2/2024).
Berdasarkan kesaksian Andre, pelaku diduga melakukan berbagai macam kekerasan terhadap korban.
“Ini video sebelum saya (teriaki) dan warga lerai samperin mereka. Pukul, jambak, dorong, tampar, toyor,” sebut Andre.
Telepon nomor darurat
Meski pelaku tidak lagi melakukan kekerasan, Andre tetap memantau dari kejauhan laki-laki dan perempuan itu.
Ia juga mencoba meminta bantuan dengan menelpon nomor darurat kepolisian.
Hanya saja, dia menyayangkan karena tidak mendapatkan yang bagus dari pelayanan pelanggan atau customer service.
“Ya, betul sekali (malah dilempar-lempar). Tapi, terlempar otomatis. Saat ketik 110 darurat polisi, pas diangkat, ngobrol malah darurat bencana,” ujar Andre.
“Sama customer service darurat bencana, yakni 112, diberikan solusi pakai kode daerah 120-110, baru nyambung, setengah jam enggak ada yang angkat,” imbuh dia.
Bukan hanya itu, ia mengaku sudah menelepon Polsek Duren Sawit. Kendati demikian, hasil serupa Andre dapatkan.
“Satu jam lebih baru akhirnya datang polisi yang enggak sengaja lewat (Jalan Jenderal Basuki Rachmat). Akhirnya, di situ baru plong, saya tinggal pulang. Iya, selama satu jam sudah saya sama warga lerai, sambil tunggu pak polisi datang,” kata Andre.
Kekecewaan atas pelayanan publik
Karena pengalamannya ini, Andre harus menelan pil pahit dari pelayanan publik yang ternyata tidak responsif.
Terlebih, saat itu, Andre baru saja selesai menyaksikan debat calon presiden (capres) terakhir yang salah satunya membahas perlindungan terhadap perempuan.
“Coba bayangkan, itu salah orang terdekat yang lu sayang, semua bisa kejadian, kapan pun, dan di mana pun,” ujar Andre.
“Tapi, yang katanya lembaga siap melayani, siap melindungi, enggak hadir. Wajar banget akhirnya jadi budaya (main) hakim sendiri,” lanjutnya.
Butuh panic button
Oleh karena itu. Andre menyarankan agar Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membuat panic button untuk korban.
“Pak Jokowi dan Pak Listyo bikin panic button dan sejenisnyalah. Rela saya, polisi polsek gajinya gede, enggak apa-apa, asal kerjanya benar. Pelayanan publik faktap (fakta dan mantap) banget memang,” pungkas Andre.
Kompas.com telah menghubungi Polsek Duren Sawit untuk mengonfirmasi kejadian ini. Namun, pihak kepolisian belum merespons.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/07/06405981/kesal-dan-kecewa-pengendara-pergoki-penganiayaan-di-jalan-telepon-nomor