JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang beras di Pasar Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, mengeluhkan mahalnya harga beras ke Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas).
Dari empat pedagang beras yang dihampiri Mendag, semuanya mengeluhkan harga beras yang tinggi. Selain itu, mereka juga mengeluhkan minimnya pasokan beras dari Bulog.
"Tolong, Pak, diturunin harganya," kata pedagang beras bernama Sri.
Zulhas pun manggut-manggut sambil mendengarkan dengan saksama curhatan pedagang beras tersebut.
"Alasannya apa memang naik?" tanya Zulhas.
"Enggak tahu, tiba-tiba naik saja gitu," keluh dia sambil mengernyitkan kening dan menggeleng.
Pedagang lain bernama Susi turut mengeluhkan harga beras yang kian melonjak.
“Naik, Bu, harga berasnya?” Zulhas bertanya.
“Harganya (naik) pol!” keluh Susi.
Harga beras tinggi, tapi kualitas buruk
Sri mengatakan, harga beras sudah naik dari sebelum Pemilu 2024. Beras yang dijualnya adalah pandan wangi seharga 18.000 per kilogram dan campuran seharga 12.000 per kilogram.
"Beras lokal di Indonesia paling murah Rp 15.000. Enggak ada di bawah itu," ucap dia kepada Zulhas.
Selain itu, Sri juga mengaku merasa kesulitan dalam proses mendapatkan beras Bulog. Ia telah mengajukan permintaan untuk stok beras Bulog sejak Oktober 2023. Namun, permintaannya selalu ditolak.
"Saya enggak ngerti, harus ini-itu. Saya diminta (mengajukan) pakai empat meterai, tapi tetap enggak bisa," lanjut Sri.
Sementara itu, Susi mengeluhkan harga dan kualitas beras yang tidak sebanding.
"Semuanya ganti harga. Terus, berasnya coklat enggak bening. Mungkin dioplos, enggak tahu dari sananya bagaimana," ucap Susi.
Saat mendengar keluhan itu, Zulhas berjanji akan segera merapatkan masalah harga beras.
“Ya, Bu. Terima kasih masukannya. Nanti akan kami rapatkan,” tutur Zulhas kepada para pedagang.
Harga beras melonjak akibat panen mundur
Zulhas menjelaskan, suplai beras lokal premium tidak sebanyak dulu karena belum panen.
"Panennya mundur karena el nino. Suplai kurang, harga naik," kata Zulhas.
Menurut dia, hal yang dapat dilakukan adalah untuk mengatur supaya suplai datang tidak lambat.
"Misalkan biasa seminggu baru habis, sekarang dua hari habis. Itu yang harus kami perbaiki," imbuh dia.
Senada dengan Zulhas, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, penyebab harga beras tinggi saat ini adalah ketidaksesuaian antara permintaan dengan ketersediaan.
Ia menjelaskan, ketersediaan beras sejak tahun lalu mengalami penurunan sampai 2,05 persen, dari sebelumnya 31,54 juta ton di 2022 menjadi 30,90 juta ton.
Hal itu lantaran adanya efek kemarau panjang alias El Nino.
"BPS telah mengatakan memang produksi kita turun, sehingga suplai dan demandnya tidak seimbang. Ini yang membuat harga beras tinggi, yang bisa bikin harga beras turun adalah produksi dalam negeri,” ujarnya dalam diskusi media di Jakarta, Selasa (13/2/2024).
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/20/06451321/curhat-ke-mendag-pedagang-beras-tolong-turunin-harganya-pak