Salin Artikel

Derita Tunawisma di Jakarta Timur, Hidup Suram di Kolong Jembatan hingga Sakit Parah dan Harus Dievakuasi

Dalam sebulan belakangan, ia terpaksa menggelandang di kolong jembatan Kanal Banjir Timur (KBT) Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, tepatnya di dekat Farmers Market Pondok Kopi.

Di sana Aris tinggal bersama dua anaknya, yakni seorang anak perempuan berusia 10 tahun dan anak laki-laki berusia 15 tahun. Sementara itu, istri Aris sudah meninggal dunia sejak lama.

Berdasarkan penuturan Aris kepada Kepala Satuan Pelaksana Dinas Sosial (Kasatpel Dinsos) Kecamatan Duren Sawit Elan Bahruroji, ia dan anak-anaknya sempat menggelandang di halaman ruko.

"Katanya dulu menggelandang di depan ruko-ruko. KTP-nya hilang di situ. Sekarang tinggal di kolong jembatan sudah sekitar sebulan," ungkap Elan di Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (21/2/2024).

Tempat tinggal Aris dan anak-anaknya di kolong jembatan tersebut tergolong tidak layak, apalagi tidak ada bedeng yang berdiri di sana.

Untuk bisa menuju ke tempat tinggalnya, Aris sekeluarga harus menuruni area berumput yang cukup curam di tepi kali.

Agar tidak jatuh, mereka hanya bisa berpegangan pada rerumputan tinggi dan tanaman liar.

Saat hendak turun ke titik Aris sekeluarga bermukim, seseorang harus berpegangan pada struktur jembatan, serta ranting dan batang pohon di sekitar jalur setapak yang terbuat dari tanah.

Jika hujan, area rerumputan dan jalur menuju "kediaman" Aris dan kedua anaknya cukup licin.

Orang-orang mungkin menganggap jembatan KBT hanyalah jalur penghubung Jalan Pondok Kopi Raya dengan Jalan Jenderal RS Soekanto.

Namun, jembatan itu adalah atap "rumah" Aris dan kedua anaknya. Mereka tidak mendirikan bedeng di sana.

Yang tampak hanyalah sebuah kasur tipis sepanjang sekitar 2,5 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Posisinya berjarak sekitar 10 meter dari tepi kali.

Kasur berwarna putih itu diletakkan di atas sebuah alas yang materialnya tampak mengilap. Di atas kasur hanya ada beberapa kain, tetapi tidak ada bantal atau guling.

Sekitar dua meter di sebelah kiri kasur putih itu ada kasur lainnya yang lebih tipis. Kasur berwarna merah itu juga tidak memiliki bantal atau guling, tetapi tidak beralas seperti kasur yang satunya.

Sehari-hari, Aris bekerja sebagai pemulung. Hampir sebagian besar barang yang diambil adalah botol plastik dan kardus untuk dibawa ke tukang loak.

Beberapa meter dari kasur putih adalah empat karung yang penuh dengan barang hasil Aris memulung.

Sementara itu, dua karung di dekatnya baru terisi setengah barang hasil memulung.

Di dekat kasur merah ada tumpukan kardus yang sudah diikat. Di sekitarnya adalah pakaian yang berserakan, serta sepasang sandal jepit.

Di sana, ada sebuah sepeda anak berwarna merah muda dan skuter anak berwarna biru.

Tak ingin ditinggalkan sang ayah

Anak-anak Aris sudah putus sekolah entah sejak kapan. Belum diketahui apakah mereka turut memulung bersama Aris atau tidak.

Namun, sehari-hari mereka juga berada di kolong jembatan bersama Aris. Hubungan yang erat membuat keduanya merasa kehilangan saat sang ayah harus dievakuasi ke rumah sakit karena kondisi kesehatannya buruk.

Adapun, Aris mengaku sudah mengidap batuk selama sebulan sejak tinggal di kolong jembatan itu.

"Kami tadi dapat laporan dari masyarakat ada orang terlantar yang sakit. Katanya sudah batuk kronis sebulan ini," tutur Elan.

Saat hendak dievakuasi, petugas medis sempat menghampiri Aris untuk melakukan pemeriksaan awal.

Disebutkan bahwa Aris perlu dibawa ke rumah sakit untuk diperiksakan paru-parunya.

"Kondisi bapak ini masih sadar dan bisa berdiri. Sempat buang air kecil sendiri juga. Cuma suaranya sudah hampir hilang. Saya tanya-tanya sebentar juga masih bisa bicara, tapi pelan," ungkap Elan.

Ia menduga, batuk yang dialami Aris tidak kunjung sembuh selama sebulan karena pria paruh baya itu kelelahan dan tidak makan secara teratur.

"Ada asma juga selain batuk," kata Elan.

Aris pun menyetujui untuk dibawa ke rumah sakit. Namun, anaknya yang paling kecil langsung menangis.

Ia belum rela ditinggalkan oleh sang ayah yang akan langsung dirawat di rumah sakit. Saat ini, ia dan kakaknya akan dititipkan untuk sementara waktu ke rumah saudaranya di Kranji, Kota Bekasi.

Aris sempat menenangkan anak terkecilnya. Ia terus mengusap punggung putrinya itu saat duduk di sebelah kanannya sembari terus memegangnya.

Sementara anaknya yang paling besar hanya duduk termenung di sebelah kanan adiknya.

Pada akhirnya, keduanya mengizinkan Aris dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa dan dirawat di sana. Mereka juga ikut mengantarnya dengan ambulans.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/22/11120281/derita-tunawisma-di-jakarta-timur-hidup-suram-di-kolong-jembatan-hingga

Terkini Lainnya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke