Trotoar ini tepatnya berada di dekat Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Prof Gayus Lumbuun dari arah Lenteng Agung menuju Tanjung Barat.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, trotoar dengan panjang berkisar 80-100 meter ini sudah tak berbentuk sebagaimana mestinya.
Beton-beton trotoar sudah terlepas dan bertumpuk. Kondisi ini membuat trotoar menjadi bolong-bolong sehingga tidak bisa dilintasi oleh pejalan kaki.
Hal yang demikian juga membuat saluran air yang kering jadi terlihat jelas.
Sejumlah kanstin trotoar tersebut juga banyak yang longgar, bahkan tidak terpasang pada posisi semestinya.
Selain itu, tidak sedikit sampah berserakan di ujung trotoar, mulai dari kertas, plastik, daun kering, pecahan kaca, dan lain-lain.
Padahal, sebuah spanduk bertuliskan, “dilarang membuang sampah sembarangan” terpasang di sana.
Saat Kompas.com menyambangi trotoar ini, dua pohon yang tumbuh di ujung trotoar malah digunakan oleh sopir angkot untuk membuang air kecil.
Terlepas dari hal tersebut, Jalan Lenteng Agung Raya merupakan jalan satu arah. Namun, tidak sedikit orang yang melawan arah.
Dengan kondisi ini, pejalan kaki tidak berjalan di atas trotoar, melainkan di bahu Jalan Lenteng Agung Raya.
Mereka juga tidak tenang saat melintas karena juga harus berhati-hati dengan kendaraan yang melawan arus.
Seorang pejalan kaki bernama Vanter (28) mengaku prihatin dengan kondisi trotoar di Jalan Lenteng Agung Raya.
Sebab, kondisi trotoar dan banyaknya kendaraan yang melawan arus sangat membahayakan pejalan kaki karena terpaksa berjalan di bahu jalan.
“Ini kan sangat berbahaya, ini satu arah dan apalagi ada orang yang lawan arus. Itu bisa menyebabkan kecelakaan,” kata Venter saat ditemui Kompas.com di Jalan Lenteng Agung Raya, Rabu (3/4/2024).
Venter mengungkapkan, hampir setiap hari dirinya melintas dengan berjalan kaki di bahu jalan mengingat trotoar yang tidak bisa terpakai.
Saat melintas, Venter mengaku harus penuh kehati-hatian.
“Iya sih, pasti penuh waspada. Soalnya kita enggak tahu, dari depan dan dari belakang ada yang lawan arus. Kalau menurut saya, perlu diperbaiki trotoar jalannya,” kata Venter.
Pejalan kaki yang lain bernama Hana (36) juga merasakan hal serupa. Dia mengaku bukan warga Jagakarsa dan memang kebetulan kerap lewat Jalan Lenteng Agung Raya.
“Saya justru kasihan dengan pejalan kaki yang setiap hari lewat sini. Bahaya sekali soalnya,” ucap Hana dalam kesempatan berbeda.
Melihat kendaraan yang melawan arus, Hana tidak bisa berbuat banyak mengingat sedang berpuasa.
“Justru nanti malah galakan dia kalau ditegur. Saya saja yang terpaksa jalan di bahu jalan malah diklakson sama pemotor yang lawan arus,” pungkas Hana.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/03/19202511/potret-suram-trotoar-di-jalan-lenteng-agung-raya-bolong-bolong-dan-banyak