Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operator Siap Jelaskan Soal Tarif SMS

Kompas.com - 16/01/2008, 18:37 WIB

JAKARTA,RABU - Operator seluler siap menjelaskan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengenai dasar pengenaan tarif layanan pesan singkat (SMS) operator kepada konsumen rata-rata Rp250-Rp350 per SMS, sekaligus untuk menyangkal pernyataan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) bahwa biaya produksi tarif SMS sebesar Rp76 per SMS. "Nanti pada saatnya kalau ditanya KPPU, (mengapa tinggi--red), akan saya jawab," kata Dirut Telkomsel, Kiskenda Suriahardja, di Jakarta, Rabu (16/1).

KPPU saat ini sedang memperdalam aspek teknis, ekonomis, dan hukum kasus dugaan kartel atau pengaturan tarif SMS antar delapan operator yaitu, PT Excelcomindo Pratama (XL), PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telkomsel, PT Indosat, PT Hutchinson, PT Smart Telecom, PT Mobile-8, dan PT Bakrie Telecom.

Penyelidikan KPPU didasarkan atas  kajian Ovum, konsultan BRTI, yang menyebutkan bahwa tarif wajar SMS lintas operator sekitar Rp100 per SMS.  "Sah-sah saja (KPPU) menggunakan data dari mana saja. Nanti kita akan kasih tahu kalau ditanya," kata Kiskenda.

Seorang konsultan pada sebuah operator besar menyebutkan, bahwa tarif SMS yang dikenakan operator masih pada batas wajar, sehingga wajar pula jika operator mengambil untung dari tarif ritel yang diberlakukan.

Di Eropa atau beberapa negara lain SMS lintas operator menerapkan skema berbasis interkoneksi dimana penerima dan pengirim sama-sama dikenakan biaya. Sedangkan di Indonesia masih menganut skema Sender Keep All (SKA) atau hanya operator pengirim yang dikenakan biaya.

Ia juga mengomentari, penggunaan kajian Ovum oleh KPPU bisa membentuk opini yang keliru di masyarakat, karena konsultan berbasis di Australia itu hanya untuk menetapkan tarif interkoneksi bukan tarif ritel.

Biaya interkoneksi dijadikan dasar menentukan network element cost, yaitu penjumlahan interkoneksi operator asal (originating interconnected) dan operator tujuan (terminating interconnected), sehingga muncul angka Rp76 per SMS, yakni Rp38 per SMS dikalikan dua.

Dalam penetapannya pun, tutur sumber tersebut, Ovum menggunakan asumsi long run incremental cost (LRIC) yang hitungannya didasarkan pada efficiency network design, tidak memperhitungkan kapasitas-kapasitas cadangan yang disiapkan operator pada saat tertentu seperti lebaran, natal dan tahun baru yang butuh investasi besar.

Padahal dijelaskan, dalam menetapkan tarif SMS, operator memasukkan komponen lainnya yaitu biaya retail service cost, biaya penjualan dan promosi (commont cost), profit dan pajak. Dari tarif yang ditetapkan saat ini retail service cost mendapatkan porsi 40 persen, profit sebesar 10-15 persen dari total biaya produksi. "Dengan menggunakan metode perhitungan semacam ini saja menjadikan Indonesia berada di posisi 37 sebagai negara dengan tarif SMS termurah di dunia dari 187 negara," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com