Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keteguhan Bunda Dampingi Dewa: 'Ibu, Aku Bisa Hidup Karena Cinta' (1)

Kompas.com - 20/10/2008, 18:50 WIB

Satu hal yang mengagetkanku, ternyata daya ingat Dewa begitu kuat. Aku menyadarinya suatu hari, saat dalam perjalanan dari Tebet menuju tempat terapi. Perjalanan, kan, butuh sejam lebih. Nah, sepanjang perjalanan, kutanya Dewa macam-macam. Misalnya, binatang apa yang berbelalai? Apa bahasa Inggirsnya bintang? Dia bisa menjawab sekitar 50 pertanyaan yang kuajukan tanpa salah, meski kata yang keluar hanya ujungnya.

Hanya saja, saat kubawa Dewa ke psikolog anak untuk mengetahui IQ-nya, aku sempat kecil hati karena Dewa tak mau menjawab pertanyaan psikolog. Ia diam saja. Sang psikolog mengatakan, Dewa seperti anak-anak CP lainnya. Belakangan aku paham, Dewa diam saja karena situasi di tempat psikolog tidak sesuai dengan perasaan hatinya. Dan benar, ketika sampai rumah, Dewa kembali bisa menjawab pertanyaanku.

Aku pun terbang ke Singapura mengikuti training satu minggu yang diadakan Glenn dari Philadelphia, AS. Wow, aku seperti melihat jalan terang. Bayangkan, aku menyaksikan ada anak Down Syndrome bisa membaca dalam tujuh bahasa! Ada pula anak autis yang bisa berinteraksi dengan baik.

Intinya, anak-anak itu bisa berkembang dengan baik setelah mengikuti metoda Glenn. Mungkin inilah yang kucari. Kupikir, kalau anak-anak itu bisa, artinya Dewa juga. Sebagai penganut positive thinking, aku yakin Dewa akan berhasil. Hanya saja, karena ingin mendapatkan hasil maksimal, aku memilih membawa Dewa langsung ke Evan Thomas Institute, Philadelphia.

Alhamdulillah, kami sekeluarga dikaruniai rezeki yang cukup. Dengan penuh semangat aku dan suami membawa Dewa terbang ke Philadelphia. Satu hal penting yang kupelajari, guru terbaik buat anak CP adalah orangtuanya. Itu sebabnya, aku dan suami harus ikut hadir dalam setiap sesi pelatihan. Selama di sana, kami mendapat begitu banyak metode untuk mengajari Dewa yang langsung kami praktikkan untuk melatih Dewa.

Pelatihannya macam-macam. Mulai fisik sampai intelegensia. Untuk fisik, Dewa harus berlatih merayap, sedangkan intelegensia Dewa harus dilatih membaca. Sesampai di rumah, program itu kami terapkan. Langkah awal, Dewa harus bisa baca dulu. Kuperkenalkan Dewa dengan huruf dan buku. Yang paling penting adalah pengenalan ensiklopedi sebanyak-banyaknya. Mulai dari ensiklopedi pemusik klasik seperti Mozart dan Beethoven, sampai ke ensiklopedi hewan, bahkan jenis-jenis sel manusia.

Saat belajar baca, aku memulai dengan yang Dewa suka. Dulu, dia suka sekali lagu Naik Delman. Nah, untuk mengajar baca, kutulis delman, kusir, kuda, roda, dan seterusnya. Dewa juga suka bahasa-bahasa yang sudah familiar. Setelah bisa baca, sesuai metode, dia mesti baca buku setidaknya satu buku sehari. Cara dia membaca tidak sama dengan kita. Dewa punya kemampuan photographic memory, memahami satu halaman tulisan hanya dalam waktu tak lebih dari lima detik. Jadi, satu buku tebal bisa dia selesaikan dalam waktu satu jam. Aku yang membantu membuka lembaran buku itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com