Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Es dan Angin Kencang di Sebagian Jakarta

Kompas.com - 16/03/2009, 05:30 WIB

Jalan di sepanjang Kelurahan Pondok Betung hingga Jalan Wijaya Kusuma, Jalan M Saidi Raya, dan Jalan Damai, Jakarta Selatan, Minggu sore, terlihat penuh dengan batang pohon serta daun yang berserakan. Saat hujan mendera, warga juga mendengar suara letusan kecil yang kemungkinan berasal dari gardu listrik. Sesaat kemudian, aliran listrik terputus.

Sebuah pohon roboh menimpa warung kopi di depan Masjid Ar-Rayan, Pondok Betung. Kios penjual tanaman di dekat pohon yang roboh tampak porak-poranda dan kabel listrik jatuh menjuntai.

Kondisi sebagian Jalan Raya Ciputat juga porak-poranda. Banyak papan iklan atau baliho roboh. Papan tulisan di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di sana juga berjatuhan diterpa angin.

Berdasarkan data dari Traffic Management Centre Kepolisian Daerah Metro Jaya, hujan es dan petir serta pohon-pohon berbagai ukuran yang bertumbangan terjadi di Ciputat, Depok, dan Serpong. Di Pamulang dekat Universitas Islam Negeri, baliho berukuran 3 meter x 5 meter jatuh terempas.

Akibat cuaca buruk ini, arus lalu lintas dari arah Ciputat menuju Lebak Bulus padat, apalagi ada beberapa genangan di sekitar Lebak Bulus.

Di Jakarta Selatan, kata Kepala Suku Dinas Pertamanan Jakarta Selatan Heru Bambang Ermanto, sebanyak tiga pohon dengan diameter antara 40 sentimeter dan 60 sentimeter tumbang. Pohon petai cina tumbang di Jalan Muhi Raya, Kebayoran Lama, dan pohon kiara payung juga tumbang menutup jalanan di Pondok Indah. Adapun pohon tanjung besar yang tumbuh di dekat Kantor Kecamatan Pesanggrahan tumbang karena tak mampu menahan angin kencang.

”Secepat mungkin petugas kami membersihkan pohon yang tumbang dan patah rantingnya sehingga tak menghalangi arus lalu lintas,” ujar Heru.

Berpotensi berulang

Menanggapi kejadian alam itu, Kepala Bidang Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG Soetamto menyatakan, hujan deras disertai angin kencang dengan kecepatan mencapai 60 kilometer per jam dan petir yang menyambar-nyambar tersebut merupakan dampak pergeseran masa puncak musim hujan ke musim kemarau.

”Sekarang ini masih menyisakan sedikit massa uap air. Udara cerah pagi hingga siang menyebabkan radiasi matahari optimal dan suhu di darat menjadi cepat naik sehingga kemudian menarik massa uap air menjadi awan,” kata Soetamto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com