Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalpataru untuk Lembaga Adat Dayak Wehea

Kompas.com - 02/06/2009, 17:36 WIB

SANGATTA, KOMPAS.com — Kementerian Lingkungan Hidup menganugerahi Lembaga Adat Dayak Wehea Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, penghargaan Kalpataru untuk kategori penyelamat lingkungan.

"Kepastian diketahui dari surat yang diterima Senin, 1 Juni, perihal penganugerahan Kalpataru dan upacara nasional Hari Lingkungan Hidup," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kutai Timur Didi Suryadi di Sangatta, ibu kota kabupaten tersebut, Selasa (2/6).

Menurut Didi, Kepala Adat Desa Nehas Liah Bing Ledjie Taq dan Kepala Desa Nehas Liah Bing Eng Lung akan mewakili lembaga adat menerima Kalpataru di Jakarta pada Jumat (5/6) ini. Jajaran pimpinan pemerintah kabupaten mendampingi ke Jakarta, katanya saat dihubungi dari Kota Samarinda.

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, menurut Didi, memang mengusulkan agar lembaga adat itu sebagai calon penerima Kalpataru. Lembaga ini aktif menginisiasi lalu melindungi Hutan Lindung Wehea beserta keberagaman hayati di dalamnya.

Hutan Lindung Wehea (LHW) seluas 38.000 hektar ialah hutan produksi yang bekas dikelola PT Gruti III yang kondisinya masih amat baik. Kawasan tersebut dulunya wilayah jelajah orang Wehea untuk berburu dan mencari tumbuhan-tumbuhan obat. Sejak 2003, bersama kalangan LSM dan pemerintah, warga menginisiasi terbentuknya hutan lindung sampai berhasil.

Hasil hutan boleh dimanfaatkan, tetapi amat terbatas untuk acara adat. HLW dilindungi aturan adat dan dijaga oleh pengamanan swadaya bernama petkuq mehuey dari komunitas Wehea Desa Nehas Liah Bing. Pelanggaran terhadap aturan adat dikenai sanksi secara adat dan diserahkan kepada penegak hukum.

Beberapa kali anggota petkuq mehuey menangkap pelaku pembalakan ilegal, pemburu binatang liar yang dilindungi, dan pencuri hasil hutan non-kayu. Warga desa juga aktif menyelamatkan satwa-satwa liar yang kesasar ke permukiman dengan menyerahkannya kepada pemerintah.

Melalui petkuq mehuey, warga membuat persemaian untuk jenis pohon lokal, seperti meranti, kapur, agathis, dan karet di HLW dan desa. Tumbuhan-tumbuhan itu dipakai untuk merehabilitasi kawasan sekitar desa yang kritis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com