BANDUNG, KOMPAS.com - Dampak diterapkannya Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) ASEAN-China terhadap perajin batik di Jawa Barat, dianggap tak terlalu merisaukan. Pakaian kasual China memang sudah diketahui banyak masuk ke Jabar, bahkan batiknya pun mudah ditemukan di pasar lokal.
Akan tetapi, menurut Ketua Umum Yayasan Batik Jabar (YBJB), Sendy Yusuf di Bandung, Jumat (15/1/2010), produk China itu hanya tekstil bermotif batik. "Sedangkan karya perajin di Jabar umumnya menggunakan canting dan lilin, serta ditulis. Disitu nilai seninya," ujar Sendy.
Oleh karena itu, harga batik itu lebih tinggi daripada produk China yang dihasilkan dengan mesin. Sendy yang juga istri Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf itu menambahkan, produk batik lokal juga sudah memiliki pangsa pasarnya sendiri.
Guna memperluas penggunaan batik, pemerintah daerah dan masyarakat di Jabar sudah dianjurkan untuk lebih sering mengenakan pakaian itu. Pengakuan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (Unesco) pun sudah mengakui batik sebagai bentuk budaya warisan dari Indonesia. Pengakuan itu diharapkan mendorong kemajuan industri batik di Jabar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.