Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cadangan Air Tanah Menuju Habis

Kompas.com - 22/03/2010, 14:01 WIB

"Warga sudah merasakan sebenarnya. Ambil saja contoh kecil, yakni ketika sumur-sumur harus terus diperdalam setiap beberapa tahun. Itu artinya tinggi permukaan air tanah berkurang dan terus berkurang. Air bawah tanah kita terancam habis," kata Agus.

Gerakan hemat air, menurut Kepala Kantor Lingkungan Hidup Sleman Epiphana, harus mulai digencarkan. Tak ada salahnya juga untuk melihat aktivitas sehari-hari yang berpotensi boros air. Misalnya, jangan sampai keran masih terbuka saat bak penuh. Atau saat wudu. Menurut Epiphana, sisa air wudu sebenarnya tidak terlalu kotor dan bisa dipakai menyiram tanaman.

Menurut Agus, mengubah kebiasaan warga untuk hemat air masih cukup sulit. Demikian juga untuk membuat sumur resapan air sehingga solusi paling cepat dan bisa diterima publik membuat lubang resapan biopori. Jadi, air hujan tak langsung lolos ke sungai, tapi ditahan di dalam tanah dan menjadi cadangan air tanah.

Pemerintah dinilai belum optimal berupaya. "Gerakan membuat lubang biopori mestinya didukung dengan memberi fasilitas alat ke semua RT," katanya.

Sosialisasi gencar perlu juga "disuntik" fasilitas dari pemerintah daerah. Ketersediaan air yang menuju habis tidak cukup diratapi dengan seremoni. (PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com