Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emansipasi "Made In" Dapur

Kompas.com - 26/09/2010, 11:54 WIB

Kegemarannya memasak berlanjut ketika dia aktif di Pramuka. ”Kalau kemah, saya yang masak untuk teman-teman. Tanda keterampilan khusus pertama yang saya peroleh itu dari memasak,” kenangnya.

Seiring pergaulannya yang kian luas, termasuk dengan para ekspatriat, kegemaran Bondan memasak makin terasah. Untuk menambah pengetahuan kuliner, dia sampai ikut kursus memasak setidaknya dua kali dalam setahun. ”Kalau keluar negeri, saya sempatkan ikut cooking class 2-3 jam,” ujarnya.

Azwar punya pengalaman hampir sama. Dia adalah anak tertua dari empat bersaudara. ”Waktu kecil, saya sering bantu ibu di dapur. Saya jadi tahu bagaimana memasak makanan.”

Ketika kuliah dan kos bersama teman-temannya, Azwar kerap berbelanja bahan makanan pagi-pagi dan mengolahnya jadi makanan, seperti balado terong, sarden, dan tempe orek. Seusai memasak, dia bangunkan teman-temannya untuk sarapan. Itu sebabnya teman-temannya betah kos bersama Azwar.

Dia juga senang naik gunung. Di ranselnya hampir pasti penuh dengan peralatan memasak dan bahan makanan, mulai mi instan, beras, sarden, daging kaleng, hingga sayur-mayur yang tahan lama. Dijamin, naik gunung bersama dia tidak akan kelaparan.

Bagaimana dengan Tommy? Ah, dia gemar memasak lantaran di kampungnya di Manado, orang senang kumpul-kumpul dan makan. Siapa yang masak? ”Laki-laki dan perempuan sama-sama masak dan sama-sama makan,” jawabnya.

Kebiasaan memasak itu Tommy bawa ke Jakarta dan digunakan sebagai alat pergaulan. Lantas, dia berusaha mengembangkan diri dengan mencoba berbagai resep, mulai masakan Manado, Padang, Vietnam, hingga kombinasi ketiganya.

Emansipasi Mengapa laki-laki sekarang tidak ragu terjun ke dapur? Apakah ini mencerminkan cara pandang yang berubah menyangkut relasi laki-laki dan perempuan?

Tommy berpendapat, dalam konteks kultural, fenomena ini merupakan cermin demokratisasi jender. ”Urusan dapur tidak diidentikkan lagi dengan perempuan. Laki-laki dan perempuan bisa tukar-menukar peran, bergantung kebutuhan,” katanya.

Pada saat yang sama, kata sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Arie Sujito, laki-laki zaman sekarang ingin menanggalkan stereotip bahwa mereka tidak peduli pada urusan keluarga. ”Karena itu mereka terjun ke dapur. Mereka tunjukkan bahwa mereka tidak hanya bisa mengerjakan pekerjaan publik, tapi juga pekerjaan dapur. Ini bisa dibaca sebagai emansipasi laki-laki,” ujar Arie.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com