Rekan kerja dan tetangga mengenal Yopi sebagai sosok yang keras. Ia sering memarahi anaknya kelewat batas, begitu juga kepada istrinya.
Amir (33), rekan pemulung Yopi, sempat menerima keluhan Suminah, istri Yopi. ”Kalau aku sudah nimbang (menimbang sampah), aku mau kabur ke Semarang. Aku sudah tidak tahan,” tutur Suminah kepada Amir.
Tekad ini benar-benar dilakukan Suminah sebulan sebelum Yopi ditemukan tewas. Suminah pergi dengan membawa tiga anaknya, Maria (4), Siti (13), dan Kiki (8). Namun, Yopi kemudian menyusul Suminah dan membawa Maria ke Depok. Sesampainya di Depok, Yopi menitipkan Maria di rumah Amir.
”Tiga minggu lalu, tepatnya malam Senin, Yopi sudah tidak ada di rumahnya. Hanya Anu yang ada. Dia bilang Yopi pergi ke Ambon,” kata Amir.
Iyah (40), tetangga Yopi, mengakui hal serupa. Yopi sering bertindak keras kepada anak dan istrinya. Suatu hari, istrinya pernah ketakutan ngumpet di rumah Iyah karena ribut dengan Yopi. Iyah mengaku takut jika ada keributan di dalam rumah Yopi. Namun, ia tidak tahu persis, apa yang mereka ributkan.
Pihak keluarga Yopi menduga, ada motif cemburu. Pasalnya, adik Yopi bernama Yeti (54) mengatakan, Anu menyukai Suminah, istri Yopi.
Sayangnya, kehidupan keras di dalam rumah Yopi hanya terdengar tetangga dan rekan sesama pemulung. Pihak RT, RW, maupun kelurahan tidak mengenal Yopi. Bahkan, pihak RT setempat sempat menolak mengurus nyawa Yopi karena bukan sebagai warga resmi.
”Saya tidak kenal dia. Saya juga tidak tahu apakah dia warga saya atau tidak,” kata Lurah Bakti Jaya M Saiun Ali Mukti. Inilah nasib duafa. (Andy Riza Hidayat)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.