Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSUD Otanaha Belum Beroperasi Normal

Kompas.com - 05/05/2011, 04:08 WIB

GORONTALO, KOMPAS — Akibat terjangan lumpur dan batu di Kelurahan Piloloda’a, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, akhir Maret lalu, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Otanaha belum bisa beroperasi sempurna. Terjangan lumpur dan batu mengenai bangunan rumah sakit dan merusak peralatan vital, seperti alat rontgen, sterilisasi dan anastesi, penampungan air bersih, dan dapur umum. Kerugian akibat peristiwa itu ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

”Sampai saat ini, kami belum bisa melayani perawatan rawat inap. Tapi, untuk pelayanan unit gawat darurat masih bisa dilakukan. Pejabat dari Kementerian Kesehatan sudah pernah meninjau rumah sakit ini dan dijanjikan akan diberi penggantian alat. Namun, hingga kini belum ada rea l i sa s i , ” kata Direktur RSUD Otanaha Chairil Khatibi di Gorontalo, Rabu (4/5).

Sementara itu, warga Desa Tabumela, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, terserang penyakit gatal dan demam dalam sebulan terakhir. Luapan air Danau Limboto yang menggenangi permukiman warga diduga menjadi penyebab penyakit tersebut.

Hujan deras yang berlangsung setiap hari dalam sepekan terakhir di Gorontalo, membuat genangan air semakin tinggi. Kini, tinggi genangan hampir satu meter saat hujan berlangsung. Jika tidak terjadi hujan, genangan sekitar setengah meter. Genangan air danau di desa itu sudah terjadi selama setahun terakhir.

Berdasar pantauan pada Rabu (4/5), warga yang rumahnya tergenang air luapan danau memanfaatkan air itu untuk mencuci dan mandi. Padahal, air luapan danau itu kotor dan keruh. Khusus untuk keperluan memasak, warga memanfaatkan air dari PDAM.

Belum ada bantuan

Menurut warga Dusun Lima, Desa Tabumela, Rostin Hasanah (45), sebagian besar warga yang rumahnya tergenang air luapan danau terserang penyakit gatal- gatal. Anak-anak dan orang dewasa terserang kutu air pada kaki. Bahkan, beberapa anak-anak terserang demam.

”Di sela-sela jari kaki saya sudah terkena kutu air. Jika kering, gatalnya sangat terasa. Lama-kelamaan, kami terbiasa dengan gatal- gatal ini,” tutur Rostin.

Hal serupa juga dialami keluarga Nurhayati Thamrin (30). Anaknya yang baru berusia lima tahun terserang gatal pada kulit dan demam.

Menurut penuturan warga, belum ada bantuan pengobatan dari pemerintah. Warga harus berobat secara mandiri jika terserang penyakit gatal. Kepala Seksi Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo, Tahir Landeng, mengatakan, bantuan pengobatan belum diberikan bagi warga di sekitar Danau Limboto karena mereka menempati wilayah yang sebenarnya bukan untuk permukiman.

Kepala Desa Tabumela Keramat Ja’far berharap pemerintah segera merevitalisasi danau demi mencegah luapan meluas. Warga menempati tepian Danau Limboto sejak puluhan tahun lalu. Jadi, sangat sulit merelokasi warga dari lokasi itu karena dihuni sekitar 300-an keluarga. ”Salah satu opsi merevitalisasi danau adalah membangun bendungan di sepanjang tepian danau guna mencegah luapan air meluas,” ujar Ja’f a r. (APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com