Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri "Gondok" Mati

Kompas.com - 04/06/2011, 05:31 WIB

Pada 2004-2007, Wiryo memasarkan tas, sandal, suvenir, dan furnitur eceng gondok. Pemasarannya telah menembus Perancis, Australia, dan Singapura melalui perantaraan eksportir. Omzet tahun 2006 rata-rata Rp 90 juta per bulan. Namun, sejak tidak ada perantara eksportir sekitar tahun 2008, omzet usaha Wiryo turun hingga 70 persen.

Di Palembang dan Banyuasin terdapat sekitar lima perajin eceng gondok. Industri kecil ini dulu mampu menyerap puluhan perajin yang umumnya berasal dari pinggiran Palembang dan Kabupaten Banyuasin.

Beberapa mantan pegawai Wiryo mulai mengumpulkan rumput kelingi sebagai bahan baku kerajinan pengganti eceng gondok. ”Tetapi, kerajinan ini belum sebesar eceng gondok. Kami kekurangan modal untuk menembus pasar ekspor lagi,” ujarnya.

Kepala Bidang Pembinaan Industri Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Palembang Rosidi Ali mengatakan belum memiliki data tentang perkembangan kerajinan eceng gondok. ”Setahu saya ada satu pemilik usaha kerajinan yang mempunyai beberapa perajin,” katanya.

Kendalanya, kurang tenaga ahli. Padahal, bahan baku melimpah dari banyaknya rawa dan sungai di Sumsel. (IRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com