Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Masih Sulit Benahi Transportasi

Kompas.com - 29/09/2011, 07:55 WIB

Umi (56), salah seorang penumpang di Terminal Kalideres, mengaku kecewa karena sering tidak menemukan angkutan umum yang diinginkan. ”Saya milih-milih kalau naik angkot. Sopirnya yang enggak terlalu tua, mobilnya juga yang enggak terlalu jelek,” kata Umi.

Pada praktiknya, keinginan Umi ini jarang terpenuhi. Dia lebih sering mendapat angkot yang sudah tua dengan sopirnya anak muda yang sering ngawur kalau mengemudi.

Penegakan aturan

Ramli, pengusaha angkot yang juga Ketua Unit Kerja Wilayah Koperasi Wahana Kalpika Jakarta Utara, berpendapat, kunci utama mengatasi keruwetan transportasi di Jakarta adalah penegakan aturan.

”Omprengan bukan termasuk pola angkutan DKI. Ojek juga bukan. Karena tidak ada pengaturan, ya, jadinya semrawut. Padahal, ada pola angkutan khusus Ibu Kota, jadi kita harus kembali ke aturan,” kata Ramli.

Selain penertiban omprengan dan ojek, kata Ramli, pemerintah juga harus memberi perlindungan terhadap kapasitas kota untuk menampung mobil angkutan. Dia mencontohkan, selama ini Pemerintah DKI tak lagi mengeluarkan izin. Kebijakan itu dimaksudkan untuk menjaga agar jumlah mobil angkutan di Jakarta tak bertambah.

”Namun, begitu tahu Jakarta sudah tidak memberi izin, pengusaha lalu keluar ke daerah perbatasan, seperti Bogor dan Tangerang, meminta izin dari bupati di sana, tetapi mobil angkutan mereka beroperasi ke Jakarta. Akal bulusnya bukan main,” katanya.

Menurut Ramli, seharusnya hal-hal seperti itu diatur agar Jakarta tidak semakin ruwet. Pembatasan angkutan luar kota agar tidak beroperasi di Jakarta dapat dilakukan dengan membangun terminal perbatasan. Di tempat itulah penumpang dari luar kota diestafetkan ke angkutan yang memiliki izin trayek di Jakarta.

Dosen Kajian Perkotaan Universitas Indonesia, Hendricus Andy, mengatakan, penegakan aturan mutlak diperlukan untuk mengatur transportasi di Jakarta. Namun, akar permasalahan juga harus dicari supaya problem itu teratasi menyeluruh.

Dia mencontohkan, razia berkala bagi omprengan bisa dilakukan, tetapi penyebab terus bertumbuhnya omprengan itu juga harus dicari.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com