”Kita ketahui, masih ada kelompok masyarakat yang memang memerlukan angkutan berbiaya murah. Karena itu, masalah tarif tunggal KRL harus dibahas dulu,” ujar Bambang.
Dia mengatakan, pembahasan tentang tarif tunggal itu juga dibutuhkan untuk menentukan kemungkinan jumlah dan cara pemberian subsidi kepada masyarakat.
Agus Imansyah, penumpang KRL, menyambut baik rencana tarif tunggal ini. ”Hanya, tarif ini perlu murah, kalau bisa di bawah Rp 5.000. Selisih tarif dan biaya operasional harus disubsidi pemerintah. Alasannya, masih ada penumpang dengan kemampuan ekonomi pas-pasan,” kata Agus.
Di sisi lain, tarif tunggal ini akan memicu penambahan penumpang karena tarif KRL semakin kompetitif daripada moda transportasi lain. Karena itu, PT KAI juga harus mengantisipasi kemungkinan penambahan penumpang ini.