Pedagang nasi keberatan
Setelah diterapkan pertama kali di lingkungan kantor pemerintahan, beragam tanggapan dari masyarakat muncul. Ita (37) pedagang nasi di Jalan Akses UI, Depok, heran dan baru tahu ada program tersebut. Menurut dia, aneh jika pemerintah memaksa warganya tidak memakan nasi walau dalam sehari.
Ita sendiri hidup dari berjualan nasi untuk menopang kebutuhan suami dan dua anaknya. Walaupun hanya sehari tanpa makan nasi, lanjutnya, kebijakan itu bakal memengaruhi pendapatannya.
”Jika tidak boleh jual nasi, saya jual apa?” ujarnya.
Dia juga mengaku belum banyak mengenal bahan makanan selain nasi yang cocok dengan lidah dan selera warga.
Pendapat berbeda disampaikan Dini (35), warga Kecamatan Pancoran Mas, yang juga mantan pengusaha boga. Dia mendukung program sehari tanpa nasi karena ketergantungan terhadap nasi bakal memunculkan dampak negatif bagi kesehatan warga.
”Diversifikasi pangan memang perlu dilakukan sejak sekarang. Kapan lagi mau dilakukan,” kata Dini.
Dia menyarankan agar program ini dimulai dari sektor pendidikan usia dini. Pendidikan usia dini yang dimaksud adalah dari level taman kanak-kanak sampai sekolah dasar. Pemerintah juga perlu menjelaskan program ini dengan baik, tidak perlu membuat larangan. Jika ada kesepahaman antara masyarakat dan pemerintah, program apa pun bisa dilaksanakan. (NDY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.