Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klinik As-Syifa Dilaporkan ke LBH Yogyakarta

Kompas.com - 09/04/2012, 16:02 WIB
Sutarmi

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Warga Pokoh, Midomartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Dwi Astuti Ratnasari (23), mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta.

Keluarga Dwi mengadukan Klinik As-Syifa yang beralamatkan di Rejosari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, karena diduga telah melakukan tindakan malapraktik.

Hal ini berawal ketika Dwi mengeluh sakit di perutnya pada tanggal 15 Maret 2011 dan dibawa ke Klinik As-Syifa. Di klinik tersebut, Dwi diperiksa oleh dr Wisnu dengan diagnosis sakit usus buntu.

Setelah melakukan tes darah, Dwi dioperasi pada 16 Maret 2011 oleh dr Heri pada 17.00.

"Tapi sampai sekarang adik saya belum sembuh-sembuh, malah ususnya membusuk," kata kakak Dwi, Yayimah Ekowati (25), saat melaporkan kasus ini ke LBH Yogyakarta, Senin (9/4/2012).

Yayi mengatakan, setelah operasi, adiknya diberikan teh dan masakan kasar oleh perawat.

Karena kondisi Dwi setelah operasi makin parah, keluarga membawanya ke Rumah Sakit Condong Catur (RSCC).

"Di RSCC ditangani dr Heri, yang mengoperasi adik saya. Pada saat itu, dr Heri langsung memotong benang jahitan operasi. Alhasil, ususnya mengalami infeksi parah karena banyak nanah yang keluar dari perut adik saya," papar Yayi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan di RSCC bahwa Dwi menjalani operasi perut untuk kali kedua oleh dokter yang sama, yakni dr Heri.

"Tindakan yang dilakukan oleh dr Heri adalah memotong kulit-kulit yang membusuk di sekitar luka operasi tanpa dianestesi. Karena kondisi adik saya semakin buruk, oleh dr Heri dirujuk ke RSUD Sleman," urai Yayi.

Sementara itu, Kadiv Sipil Politik LBH Yogyakarta Hamzal Masyudin mengatakan, LBH Yogyakarta akan melakukan investigasi terhadap proses operasi dan izin yang dimiliki Klinik As-Syifa.

"Kami akan melakukan investigasi praoperasi dan pascaoperasi. Apakah operasi dilakukan dengan prosedur yang semestinya, dan apakah setelah dioperasi mendapatkan perawatan semestinya," ujar  Hamzal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com