Hasil sementara proses identifikasi masih mengarah pada kecenderungan jenis kelamin dan kedekatan ras mongoloid (ciri-ciri yang biasa melekat pada orang Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara), atau kaukasoid (ciri-ciri yang biasa melekat pada orang Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah).
Direktur Eksekutif DVI Indonesia Komisaris Besar Anton Castilani mengatakan perlu koordinasi dengan tim Basarnas yang berada di Gunung Salak. Hal ini terkait dengan banyaknya bagian tubuh yang masih belum lengkap.
”Kami akan komunikasikan jika ada bagian tubuh yang kurang lengkap. Sebisa mungkin kami minta tim Basarnas mencari ulang. Namun, permintaan ini tergantung dari kondisi tim di lapangan. Secara rinci saat ini tim sedang melakukan pemeriksaan post mortem (kondisi korban setelah kecelakaan),” tutur Anton.
Menurut Anton, pihak keluarga yang membutuhkan informasi lebih jauh mengenai proses identifikasi dapat menghubungi Bapak Nugroho di nomor telepon 08122843520.
Pesawat SSJ100 yang jatuh di kawasan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, ternyata merupakan pesawat pengganti. Pesawat tersebut berbeda dengan pesawat yang digunakan dalam peragaan di dua negara sebelumnya.
Pesawat SSJ100 itu sebelumnya dilaporkan menjalani tur promosi ke enam negara. Sebelum ke Indonesia, pesawat itu lebih dulu berpromosi di Pakistan dan Kazakhstan.
Senin (14/5), surat kabar Moskovskiy Komsomolets dan Kommersant melaporkan, pesawat yang digunakan di Indonesia berbeda dengan yang digunakan di dua negara tersebut.
Juru bicara Sukhoi Civil Aircraft Corporation, Olga Kayukova, membenarkan bahwa pesawat yang digunakan pada tahap pertama tur promosi itu harus kembali ke Moskwa setelah promosi di Kazakhstan untuk menjalani ”beberapa tes”. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang alasan penarikan pesawat pertama itu. Pesawat pengganti yang terbang ke Indonesia dalam kondisi teknis sempurna.
Moskovskiy Komsomolets