Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Mahal demi Fanatisme Sempit

Kompas.com - 01/06/2012, 09:18 WIB

Jakmania sedang menelusuri laporan penyisiran itu melalui tim pencari fakta. Mereka juga menginvestigasi siapa pelempar petasan di dalam stadion hingga menyebabkan sejumlah wartawan terluka.

”Dua minggu sebelum pertandingan kami sudah kampanye bahwa pertandingan itu damai. Kami mengharamkan sweeping (penyisiran) suporter lawan,” ujar Ketua Umum Jakmania La Rico Ranggamone, di sekretariat Persija.

Rico juga akan melakukan evaluasi internal sehingga suporter lebih memahami bahwa pertandingan harus damai, tanpa kekerasan.

Melebar ke luar stadion

Kejadian di GBK itu bukanlah yang pertama. Sebelumnya, bentrok antarsuporter terjadi di banyak daerah. Korban meninggal pun berjatuhan. Kebencian antarsuporter merembet ke luar stadion. Permusuhan membabi buta hingga hal-hal yang tidak terkait sepak bola sekalipun.

Kepala Humas PT KAI Sugeng Priyono mengatakan, kereta api sering menjadi sasaran kebrutalan suporter. ”Tidak hanya kereta yang mengangkut suporter, tetapi juga kereta yang lewat setelahnya sering menjadi sasaran. Kaca-kaca pecah terkena lemparan batu,” ucap Sugeng.

Perusahaan harus menanggung kerugian. Penggantian kaca kereta antarkota di Surabaya saja, misalnya, menghabiskan Rp 2 miliar per tahun.

PT KAI juga membatalkan perjalanan kereta bila ada pertandingan sepak bola yang memiliki suporter fanatik dan kerap merusak. Antara bulan Maret dan Juni 2011, misalnya, ada 76 perjalanan kereta yang dibatalkan demi menghindari amuk suporter di sepanjang perlintasan kereta.

Bukan hanya kereta api saja yang jadi korban. Sosiolog Imam B Prasodjo juga pernah menjadi korban kebrutalan suporter. Perpustakaannya di Purwakarta, Jawa Barat, dicoret-coret oleh orang tidak dikenal. Coretan berisi kata-kata ketidaksukaan atas klub sepak bola tertentu. Padahal, perpustakaannya itu tidak ada hubungannya dengan dunia sepak bola.

Belum lagi sentimen saat melihat kendaraan dengan nomor polisi dari daerah asal kelompok ”musuh”. Ketidaksukaan pada identitas kota membuat orang mudah melempari mobil bernomor polisi tertentu saat masuk ke kotanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com