Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Mahal demi Fanatisme Sempit

Kompas.com - 01/06/2012, 09:18 WIB

Emosi primitif

Kekerasan yang dilakukan suporter sepak bola merupakan bentuk emosional primitif yang mengarah ke perilaku hewani. Proses sentimen yang berlebihan ini harus dikendalikan agar tidak menjadi kebencian yang melebar dan berpotensi menyebabkan korban berjatuhan lebih banyak lagi.

”Yang menjadi perekat kelompok suporter adalah rasa kekitaan yang sangat emosional. Akibatnya, orang beranggapan bahwa di luar kelompok saya adalah kelompok musuh,” ujar Imam.

Salah satu bentuk ikatan suporter ini terlihat dari yel-yel yang menunjukkan kebencian terhadap kelompok musuh serta yel-yel berisi keunggulan kelompoknya. Rasa sebagai satu kelompok ini lantas berkembang menjadi sebuah rasa memusuhi kelompok lain secara membabi buta tanpa nalar.

”Proses kristalisasi sebagai kelompok suporter masih terus terjadi dan bisa mengeras lagi. Nantinya, kelompok ini bisa masuk ke dalam lingkaran budaya kekerasan kelompok yang menjadikan mereka bertindak seperti mesin yang membenci kelompok lain,” ujar Imam.

Apabila tidak dikendalikan, suporter datang ke stadion bukan untuk menonton sepak bola saja, melainkan dengan nafsu untuk membunuh kelompok lain yang mereka temui. Kemarahan mudah tersulut hanya dengan melihat orang beratribut lain atau orang tanpa atribut kelompoknya.

Kondisi ini, menurut Imam, bisa diberantas bila ada niat dari semua pihak. Di lapangan, pemain sepak bola mesti menunjukkan permainan yang sportif. Wasit juga harus dipilih secara profesional sehingga bisa memimpin pertandingan tanpa keberpihakan pada klub tertentu. Secara lebih luas, PSSI juga mesti mengurus sepak bola secara baik.

Sementara, atribut klub sepak bola bisa saja dilarang bila sudah membahayakan kebersamaan antar-penonton. Pentolan suporter mesti dirangkul dan didamaikan agar tidak menyebarkan sentimen negatif antarklub.

Kriminolog Universitas Indonesia, Prof Mustofa dan Kisnu Widakso, mengatakan, sebaiknya aparat keamanan memperbaiki rasio jumlah polisi dengan jumlah penonton sepak bola. Polisi harus mewaspadai pembentukan ikatan emosi kelompok ”kami” dan ”mereka” serta merancang bermacam usaha mencegah konflik di antara ”kami” dan ”mereka”.

Kisnu mengatakan, sangat sedikitnya jumlah polisi dibandingkan massa yang dijaga membuat massa tergoda unjuk kekuatan. Suasana stadion yang terpusat dan terbuka membuat massa cepat memperkirakan jumlah polisi yang bertugas.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com