Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Otak Penuh, Perut Penuh, Dompet Penuh

Kompas.com - 05/06/2012, 08:42 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon wakil gubernur DKI Jakarta menilai tidak sulit menjabarkan tugas pemerintah. Yang terutama adalah menyelaraskan peran pemerintah dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. "Tugas pejabat sederhana sekali, buat penuh otak, penuh perut, dan penuh dompet," kata Ahok, sapaan Basuki Tjahaja Purnama, di hadapan warga Gang Hyundai, Jalan Raya Warung Buncit, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (4/6/2012) malam.

Ahok lantas menguraikan tiga hal yang menjadi kebutuhan pokok warga, yakni pendidikan yang memadai, kesehatan yang memungkinkan orang beraktivitas, dan kesejahteraan hidup. Dengan kondisi seperti itu, masyarakat akan mampu mendukung dan bersama pemerintah menjalankan program-program pembangunan yang telah dirancang.

"Otak penuh artinya dapat pendidikan yang cukup. Perut penuh artinya kesehatannya baik dan menunjang untuk bekerja. Dan, dompet penuh maksudnya sejahtera," jelas Ahok.

Masalahnya, sejak reformasi perkembangan demokrasi di Indonesia belum menghadirkan apa yang diidealkan. Walaupun rakyat telah memilih wakil atau pemimpin secara langsung, kepemimpinan yang menyejahterakan rakyat, memungkinkan masyarakat terdidik dan sehat masih jauh panggang dari api. Akibatnya, warga menjadi pasrah dan muncul ketidakpercayaan terhadap pejabat.

"Masyarakat sekarang sudah tidak percaya pada pejabat. Saya punya cerita menarik tentang ini," kata pasangan Joko Widodo dalam Pilkada DKI ini. Ia bercerita, saat masih menjabat anggota DPR, seseorang pernah mengajukan pertanyaan kepadanya. 'Jika 560 anggota DPR naik pesawat Boeing terbaru, kemudian pesawat itu jatuh, siapa yang selamat dari kecelakaan itu'," kisah Ahok.

Mantan Bupati Belitung Timur ini sempat berpikir jawabannya adalah tidak ada yang selamat. Si penanya lantas menjawab, "220 juta rakyat Indonesia yang selamat!"

Menurut Ahok, kisah tersebut sebenarnya merupakan sinisme terhadap para anggota DPR dan pejabat. Kepercayaan masyarakat terhadap mereka sangat kecil dan masyarakat sudah sampai pada titik jenuh dalam menilai tingkah laku mereka. Alhasil, masyarakat sampai pada pemikiran bahwa justru saat para pejabat tidak ada, barulah rakyat bisa sejahtera.

Untuk meyakinkan warga, Ahok mencontohkan apa yang dilakukannya saat menjabat bupati. Ia memberikan nomor teleponnya kepada semua warga agar semua keluhan bisa didengarnya secara langsung. Ia juga mewajibkan para pejabat lain melakukan tindakan serupa. Menurut Ahok, cara tersebut jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan memasang poster di sekeliling kota. "Tapi ujung-ujungnya warga tidak tahu harus melapor ke mana kalau kena masalah, warga tidak tahu ke mana mereka harus minta bantuan," kata mantan anggota DPR dari Partai Golkar itu.

Ahok hadir di tengah warga atas undangan Jaringan Swadaya Warga Jakarta Raya (Jawara). Tidak hanya warga Buncit, turut hadir di lokasi tersebut perwakilan dari Lenteng Agung, Pasar Minggu, Pejaten, dan beberapa wilayah lain di Jakarta Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com