Pengantar redaksi:
Puncak arus mudik jalur darat pada Hari Raya Idul Fitri 2012/1433 Hijriah diperkirakan terjadi pada Kamis (16/8) atau H-3. Jalur pantai utara Pulau Jawa—langganan proyek perbaikan jalan—dipastikan akan menjadi pilihan utama pemudik. Untuk melengkapi hasil survei Tim Lebaran Kompas 2012, Redaksi Kompas mengadakan diskusi panel bertema ”Transportasi Lebaran”, Rabu (8/8). Panelis yang hadir adalah Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Wakil Ketua Komisi V DPR Muhidin M Said, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono, Koordinator Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Widoyoko, Ketua Umum Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti, dan Kepala Bagian Operasional Korps Lalu Lintas Polri Kombes Bambang Sugeng. Moderator diskusi adalah Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit.
***
KOMPAS.com - Setiap tahun, menjelang Hari Raya Idul Fitri, jalur pantai utara Pulau Jawa selalu diperbaiki. Aspal jalan dilapis ulang, pembatas jalan ditata ulang, jembatan diperbaiki, dan lebar jalan ditambah. Proyek perbaikan di jalur ini tak ubahnya seperti proyek abadi. Tak jarang proyek yang belum rampung ikut menghambat laju perjalanan arus mudik.
Banyak yang menilai, jalur pantai utara (pantura) sengaja diperbaiki asal-asalan agar cepat rusak. Dengan perbaikan yang tambal sulam, kualitas pengerjaannya juga akan menjadi buruk. Inilah yang menyebabkan jalur pantura selalu mengalami perbaikan terus-menerus setiap tahun.
Namun, menurut Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, perbaikan yang tak pernah henti di jalur pantura tak terelakkan. Data Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum menyebutkan, lebih dari 40.000 kendaraan berbagai jenis setiap hari melintas di jalur itu. Maklum, sebanyak 90 persen penduduk Indonesia lebih memilih menggunakan transportasi darat ke mana pun pergi.
”Penanganan jalan harus terus-menerus dilakukan dan rutin,” ujar Hermanto.
Menjelang Lebaran kali ini, jika dihitung dari satuan jumlah penumpang, beban jalur pantai selatan (pansela) Pulau Jawa akan meningkat hingga dua kali lipat, menjadi dilewati sekitar 74.000 penumpang. Sementara yang lewat jalur pantura akan meningkat lima kali lipatnya, menjadi lebih dari 230.000 penumpang.
Saat Tim Lebaran Kompas 2012 melakukan survei pada Sabtu (4/8) lalu, perbaikan sejumlah ruas jalan di jalur pantura masih dikebut. Di ruas jalan dekat Pasar Sukamandi, Subang, Jawa Barat, misalnya, sejumlah pekerja tengah menyelesaikan pekerjaan median atau pembatas di tengah-tengah jalan. Arus kendaraan dari arah Jakarta menuju Cirebon yang semula dua lajur terpaksa dipersempit menjadi hanya satu lajur sepanjang 2 kilometer.
Di ruas jalan lainnya, yaitu setelah Kecamatan Pusaka Negara, Subang, dari arah Jakarta, pekerja juga tengah sibuk mengerjakan perbaikan median sepanjang 1 kilometer sehingga hanya satu lajur jalan menuju Cirebon yang bisa digunakan.
Para pekerja di ruas jalan ini menyatakan, pada H-7 sebelum Lebaran, pekerjaan harus dipinggirkan dan semua peralatan harus bersih dari bahu jalan. Pengerjaan bahu jalan dan median juga masih terus dikebut di ruas jalan pantura selepas terminal bus Dedy Jaya, Eretan, hingga mendekati Kota Indramayu.
Salah satu proyek yang belum selesai, tetapi dipaksa harus diselesaikan sebelum Lebaran adalah proyek pembangunan Jembatan Kabuyutan di Brebes, Jawa Tengah. ”Kami terpaksa harus menggunakan zat adiktif untuk pengecoran beton dasar jembatan. Jadi, meskipun baru tujuh hari pengecoran, jembatan bisa fungsional seperti 28 hari usia pengecoran. Namun, memang jembatan ini belum selesai. Setelah Lebaran, jembatan akan diselesaikan lagi,” ujar pengawas proyek bernama Dedi, Sabtu lalu.
Pembangunan proyek Kabuyutan, dalam pengamatan Kompas, memang akan menjadi potensi macet di jalur pantura. Meskipun alat-alat berat sudah dipinggirkan, gundukan batu dan pasir terlihat masih menggunung di pinggir jembatan.
Lima tahun sekali
Perbaikan yang tak terelakkan ini, kata Hermanto, terutama diberlakukan di jalan yang tingkat mobilitasnya tinggi. Dari jumlah jalan di Indonesia yang mencapai lebih dari 400.000 kilometer, saat ini terdapat 38.500 kilometer jalan nasional. Jika siklus usia jalannya 10 tahun, setiap tahun pemerintah harus memperbaiki konstruksi jalan sepanjang 3.850 kilometer. Perbaikan berarti memperkuat lapis atas hingga lapis bawah jalan.