Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Siap Turun Kampung

Kompas.com - 15/10/2012, 05:09 WIB

Polda juga melakukan rekayasa lalu lintas di kawasan Kebon Sirih, sesuai kondisi saat kegiatan. Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Wahyono menjelaskan, pengaturan arus lalu lintas dimulai pukul 07.00. ”Kami memberlakukan pengendalian volume arus lalu lintas dengan pertimbangan situasi di lapangan,” paparnya.

PKL siap ditata

Pedagang kaki lima di Jakarta menyambut baik jika ada program penataan kawasan, termasuk pasar, di Jakarta di masa jabatan gubernur baru Jokowi. ”Ditata boleh, tetapi jangan digusur, ya,” kata Jajang, pedagang handuk yang berjualan di depan pasar di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Menurut Jajang, PKL seperti dirinya setiap hari harus mengeluarkan uang Rp 5.000-Rp 6.000 untuk bisa berdagang dari pagi sampai sore. Kalau mau berdagang sampai malam, bisa sampai Rp 10.000.

”Ada yang rutin menagih. Uangnya untuk macam-macam, termasuk sampah, dan dijamin aman atau tak diusir,” katanya.

Jajang mengaku tak mau tahu uang iuran tersebut mengalir ke mana. Menurutnya, uang harian itu menjadi bagian dari modalnya berdagang, dianggapnya sebagai sewa tempat.

Dengan perhitungan itu, jika memang ada program penataan PKL, dirinya berharap pemerintah memperhatikan kemampuan orang-orang seperti dirinya yang memang hanya mampu membayar sewa tempat secara eceran atau harian.

Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima (APKLI) DKI Jakarta Hoiza Siregar menambahkan, saat ini di Jakarta diyakini ada sekitar 300.000 PKL.

”Data terakhir dari pemprov yang saya tahu itu data tahun 2004. Tahun itu jumlah PKL sekitar 105.000 orang. Dengan banyaknya pedagang yang tak tertampung di pasar tradisional ataupun pusat belanja, saya yakin saat ini jumlah PKL sudah berlipat-lipat,” ungkapnya.

Sebagai langkah awal penataan PKL, Hoiza meminta Jokowi memelopori pemutakhiran data jumlah PKL dan lokasi-lokasinya. Ia juga meminta Jokowi mengevaluasi keberadaan pasar tradisional dan fungsinya saat ini, serta keberadaan pusat belanja.

”Pasar tradisional dibangun dengan alasan diperbaiki demi pedagang. Namun, praktiknya selama ini, pedagang lama susah mendapatkan kembali kiosnya pascarenovasi karena harga membubung tinggi. Akibatnya, pedagang pasar terlempar jadi PKL,” papar Hoiza, yang juga mantan pemilik kios di Pasar Muara Angke sebelum direnovasi, tetapi kini menjadi PKL.

(NEL/RTS/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com