Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Bersiaplah Hadapi Banjir

Kompas.com - 27/11/2012, 05:36 WIB

Hujan dengan intensitas tinggi, tetapi dalam waktu singkat. Hujan yang terjadi juga berbeda dari satu lokasi dengan lokasi lain. Rabu pekan lalu, curah hujan di Depok dan Bogor sangat lebat, sekitar 150 mm per hari. Adapun di Jakarta rendah, hanya 30 mm per hari.

Menurut pakar hidrologi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, di Indonesia ada 270 kabupaten/kota yang sangat rawan banjir dengan penduduk terdampak banjir 60 juta jiwa. Daerah rawan banjir itu adalah pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Kalsel, Kalbar, serta bagian utara dan selatan Papua.

Beberapa daerah yang perlu prioritas tinggi dalam penanganan banjir adalah banjir Jakarta (DAS Ciliwung dan Cisadane), Banten (Sungai Ciujung), DAS Citarum Jabar, DAS Citanduy Jabar dan Jateng, DAS Jratunseluna di Jateng, serta DAS Bengawan Solo di Jateng dan Jatim. Penyebabnya, jumlah penduduk daerah-daerah itu padat dan infrastrukturnya strategis.

Masalah terberat penyelesaian banjir adalah masalah sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. ”Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat tinggal di daerah rawan banjir, yakni karena kemiskinan, pendidikan, dan urbanisasi,” kata Sutopo.

Misalnya, ada 34.051 keluarga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung dari sekitar Srengseng Sawah hingga Manggarai.

Pada pelaksanaan normalisasi Sungai Ciliwung yang melebarkan sungai menjadi 60 meter dan sempadan 5 meter, rumah- rumah itu akan direlokasi. Hal ini tidak mudah sehingga relokasi merupakan pilihan terakhir dalam penanggulangan bencana.

Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan Rakyat, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun rumah susun umum sewa untuk penduduk bantaran Sungai Ciliwung. Untuk merelokasi semua keluarga perlu empat tahap dengan dana Rp 7,8 triliun.

Normalisasi Ciliwung

Untuk mengantisipasi banjir, pemerintah akan mempercepat pelaksanaan normalisasi Sungai Ciliwung karena kondisi lingkungannya semakin buruk. Selama banjir melanda Jakarta, hampir dua minggu ini sungai itu beberapa kali meluap dan menggenangi permukiman bantaran sehingga tak kurang dari 6.000 jiwa menjadi korban banjir.

Hingga Senin (26/11), setidaknya 5.490 jiwa di bantaran Sungai Ciliwung rumahnya masih terendam banjir. Sekitar 90 jiwa di antaranya masih mengungsi di masjid dan kantor pemerintahan terdekat karena rumahnya terendam banjir hampir setinggi atap.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com