Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Tunggal

Kompas.com - 23/12/2012, 03:19 WIB

AGUSTINE DWIPUTRI

Hari Ibu dari sejarahnya dirayakan untuk mengingat perjuangan perempuan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan bangsa. Di masa sekarang kita patut pula merenungkan peran para ibu, khususnya perjuangan perempuan yang menjadi ibu tunggal.

Ibu tunggal acapkali masih dipandang sebagai sosok perempuan yang kurang mampu bertahan atau sulit mencari alternatif pemecahan masalah bagi diri dan keluarganya. Padahal, perjuangan mereka menghidupi keluarga dan anak-anak sebagai penerus bangsa merupakan perjuangan tersendiri yang perlu diacungi jempol.

Roberts (2009) mengatakan bahwa awalnya sebutan ibu tunggal menggantikan istilah bagi perempuan yang tidak menikah, tetapi mempunyai anak. Karena itu, banyak pandangan dan stigma negatif terhadap mereka. Saat ini, sebutan tersebut mengacu pada kaum perempuan yang mengasuh anak sendirian, tanpa kehadiran atau keterlibatan suami. Penyebabnya, di antaranya, kehamilan tak diharapkan dan diabaikan pasangan, ditinggal suami tanpa kejelasan, perceraian, kematian pasangan, korban pemerkosaan, serta pilihan pribadi.

Menjadi ibu tunggal memang bukan tugas yang mudah. Sebagai ibu tunggal, seorang perempuan harus dapat menempatkan diri pada posisi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Selain itu, ia juga dituntut untuk bisa memenuhi segala kebutuhan anak, rumah tangga, dan kebutuhan pribadi.

Ibu tunggal bertanggung jawab untuk tetap menjalankan fungsi keluarga, yang utama meneruskan nilai-nilai agar setiap anggota keluarga dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan budaya dan masyarakat setempat. Fungsi lainnya adalah agar setiap anggota keluarga dapat menjalankan berbagai peran dengan konflik yang sesedikit mungkin dan dapat mengembangkan diri sesuai potensi masing-masing.

Jika berbicara secara makro, problem paling utama dan sering dihadapi oleh ibu tunggal adalah kemiskinan atau kurangnya biaya untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Kebanyakan ibu tunggal harus menjadi pencari nafkah utama bagi keluarganya. Secara psikologis, menurut Davidson dan Moore (1996), tingkat stres yang lebih besar bagi ibu tunggal berkaitan dengan citra diri yang buruk, pandangan negatif tentang masa depan, dan tidak adanya dukungan sosial.

Berbagai tuduhan buruk dari masyarakat tentang dirinya yang dipandang tak mampu mengurus anak dan mempertahankan perkawinan serta harus dikasihani mengembangkan gambaran buruk tentang dirinya, rasa bersalah, dan penyesalan. Ibu tunggal juga waswas bagaimana menghadapi kehidupan barunya nanti. Sikap masyarakat yang sering menghakimi dan mengasihani juga tidak mendukung mereka secara sosial dan emosional.

Ibu tunggal yang baik

Berikut adalah tips yang disampaikan oleh Shellee Moore (dalam www.divorcewizards.com) bagi para ibu tunggal agar dapat lebih berhasil menjalankan perannya yang multitugas itu.    1. Penyesuaian sikap

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com