Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Konspirasi", Jurus Elite PKS Jawab Kekecewaan Kader

Kompas.com - 02/02/2013, 13:03 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tudingan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menyebutkan kasus yang menimpa Luthfi Hasan Ishaaq sebagai konspirasi besar dinilai tanpa bukti. Tudingan itu dianggap sebagai alat bagi PKS untuk menyolidkan kader-kader yang kecewa melihat tingkah laku elite partai bernapaskan Islam ini.

"Kalau PKS ditanya siapa orangnya, pasti bingung juga mereka. Ini hanya bahasa untuk menyolidkan barisan, bukan bahasa hukum," ujar Burhanudin, Sabtu (2/2/2013), dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta.

Burhan menuturkan, saat ini kader-kader PKS yang terkenal militan dan bekerja keras untuk kebesaran partainya tengah dihadapi suatu kondisi disonansi.

"Sekarang terjadi demoralisasi. Mereka susah payah berjibaku untuk partai dan sekarang harus melihat kenyataan di tingkat elite yang bermasalah dengan KPK, bahkan langsung pucuk tertingginya," imbuh Burhan.

Dengan demikian, para elite PKS memerlukan sebuah pemahaman bersama untuk mengembalikan kekecewaan para kader yang menjadi basis kekuatan partai itu. Langkah yang diambil pun dengan menggelontorkan wacana adanya konspirasi politik untuk menghancurkan PKS menjelang pemilu.

Wacana konspirasi ini pun sudah disebut presiden baru PKS, Anis Matta, saat memberikan pidato politik untuk pertama kalinya seusai dipilih Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin. Pidato berapi-api yang disampaikan Anis ini kemudian membuat banyak kader PKS menangis.

"Ini kata-kata konspirasi zionis yang juga dilontarkan Hidayat Nur Wahid sengaja dikeluarkan hanya untuk para kader mencari kambing hitam. Kader kenapa penting? Karena PKS selama ini politiknya digerakkan oleh gairah kadernya. Kalau runtuh, maka hancur PKS. Makanya mereka pakai bahasa konspirasi ini," tutur Burhan.

Bahasa konspirasi itu, lanjut Burhan, bisa saja efektif bagi para kadernya. Namun, secara komunikasi politik, cara yang ditempuh PKS sangat buruk, bahkan cenderung terjebak dalam kesan PKS tak mau berbenah diri dan balik menyerang KPK dalam upaya pemberantasan korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com